Kurangi Ketergantungan Alkes Impor, Kemenkes & Biofarma Luncurkan Alat Deteksi Kanker Usus

Rabu 20-07-2022,05:35 WIB
Editor : M Widodo

JAKARTA, INFORADAR.ID - Ini kabar baik dari dunia kesehatan Indonesia. Kemenkes RI bekerjasama dengan Biofarma meluncurkan sebuah alat deteksi kanker usus.

Alat ini namanya BioColoMelt-Dx. Dan, sudah diluncurkan penggunaannya di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Selasa, 19 Juli 2022. 

Hal ini menjadi momentum bagi bangsa Indonesia, untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas alat kesehatan (alkes) impor. 

Sebelum diluncurkan, BioColomelt-Dx divalidasi oleh klinisi dari beberapa RS nasional. Di antaranya RS Dharmais, RS Sardjito dan UGM, RSCM dan FKUI.

Dikutip dari laman Fb Kemenkes, yang disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, produk BioColomelt-Dx merupakan inovasi hasil kolaborasi Bio Farma dan PathGen yang melibatkan berbagai industri, instansi penelitian dan pendidikan, seperti dengan Universitas Nottingham Inggris, dan memiliki Lab pengembangan di Indonesia (Lab LIPI dan BRIN).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginisiasi penggunaan BioColoMelt-Dx di RS Kanker Dharmais, Jakarta. BioColoMelt-Dx adalah kit diagnostik molekuler untuk mendeteksi kelainan genetik yang terjadi pada pasien kanker kolorektal.

Hasil pemeriksaan BioColoMelt-Dx berupa informasi profil mutasi kanker yang dapat digunakan oleh dokter atau tenaga medis lainnya untuk menentukan jenis obat yang memberikan respon terapi paling optimal pada pasien kanker kolorektal tersebut.

Selain itu, BioColoMelt-Dx juga dapat digunakan untuk penapisan (screening) Lynch syndrome, suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap berbagai macam kanker dan bersifat keturunan.

Dengan diperolehnya informasi Lynch syndrome dari hasil penapisan tersebut, keluarga pasien yang terduga mempunyai Lynch syndrome dapat menjalani pengawasan untuk pencegahan atau penanganan kanker sedini mungkin.

Menkes Budi mengatakan kanker itu terjadi karena adanya mutasi dari DNA seseorang. Dalam perjalanan hidup manusia DNA itu bisa berubah dan itu yang memicu kanker.

“Untuk melihat perubahan DNA itu diperlukan PCR. Itu teknologi yang sederhana, lebih murah alatnya seperti BioColoMelt-Dx. Dengan teknologi ini bisa mendeteksi perubahan DNA di posisi-posisi tertentu. Kalau kita sudah tahu perubahan DNA nya apa, kita tahu persis kankernya kanker apa dan di mana sehingga pengobatannya bisa lebih cepat dan tepat,” kata Menkes Budi di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Selasa, 19 Juli 2022.

“Jadi alat ini untuk mendiagnostik sakit kankernya disebabkan oleh apa sehingga nanti pengobatannya bisa lebih cepat,” tambah Menkes.

Untuk diketahui, kanker kolorektal merupakan sebutan lain untuk kanker yang menyerang usus besar (kolon), rektum, ataupun keduanya.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, kanker kolorektal menempati peringkat ketiga dunia untuk jenis kanker yang paling umum terjadi.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Globocan tahun 2020, kanker kolorektal menduduki peringkat keempat kanker dengan kasus baru terbanyak di Indonesia.

Kategori :