Oleh : Yenti Sustina
Dia hanya butuh payung tidak hanya pelindung disaat hujan, tapi bisa juga pelindung disaat raga tersengat teriknya mentari yang membakar kulit. Liku-liku hidup terkadang ngilu. Menghampiri tiada jemu dan malu. Menggoreskan rasa yang hampa, getir, sakit, namun menggemaskan. Segala jurus telah dikeluarkan, namun terasa tidak mempan. Ya, Inilah takdir yang telah digariskan oleh Tuhan.
Dia adalah seorang Ibu muda cantik dan cerdas bernama Rindu. Bekerja sebagai tenaga pendidik di TK Mutiara. ibu yang mempunyai satu putri dan dua laki-laki ini keluarga yang terbilang sangat harmonis. Beruntung pula punya suami yang baik dan perhatian. Belum lama ini telah kehilangan ayah kandungnya. Kira-kira baru satu bulan meninggal dengan tidak wajar. Ada hal-hal berbau mistis menyerang raganya. Konon ada orang yang dengan sengaja menyakiti secara perlahan. Akibat persaingan bisnis yang makin melejit dan tiba-tiba tangan dan kakinya membengkak, kadang terasa panas. Dicek ke dokter kesana kemari tidak terdiagnosa bahwa ada penyakit, dan pada akhirnya meninggal...inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
"Rindu... Ikhlaskan kepergian ayahmu ya nak!"
Iya bu, Rindu ikhlas, tapi butuh waktu untuk mengikhlaskannya bu, karena bagaimanapun juga ayah pernah mengisi memori indah Rindu, keluarga kita bu".
"Iya, Ibu juga paham nak. Oh iya, Ibu ke dapur dulu ya mau buat makanan kesukaanmu
Oh ya, apa itu bu?"
"Wah..surprise dong,kalau diberi tahu sekarang ga seru"
"Oh...Ya sudah kalau begitu, Rindu ikut bantu ibu ya"
"Tidak usah nak, sekarang kamu pulang saja ya, suamimu sebentar lagi datang".
"Baiklah bu, ayo Atan, zifa, atta kita pulang ya sayang".
"Iya mah"
Senjapun perlahan menguncup. Semburatnya mulai meredup. Rindu dan anak-anaknya bergegas pulang, meskipun rumahnya bersebelahan dengan ibunya.
Ketika memegang knop pintu dan membukanya, rindupun kaget ada seseorang yang sedang duduk di teras belakang sambil menangkupkan handuk di kepalanya.