Tidak ada jawaban dari Manda. Manda sudah tidur.
Shifa ketakutan. Dia memejamkan mata sampai akhirnya tertidur.
Pagi harinya, Shifa menceritakan kepada Manda soal sepasang mata yang dilihatnya di dalam lemari. Manda pun memberi pilihan kepada Shifa untuk pindah kos. Shifa menolak karena mereka sudah membayar sewa kamar untuk satu bulan.
Saat libur kerja selama dua hari, Shifa memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya di Bogor. Manda tidak ikut karena waktu liburnya tidak bareng dengan Shifa.
Sepeninggal Shifa, Manda tidak tidur di kamarnya. Dia mencari teman. Menginap di kamar yang ditempati orang lain.
Sebelum tidur, listrik di tempat kos padam. Manda yang berniat membaca buku pun menyalakan lilin.
Pemilik kamar sudah tidur. Membiarkan Manda membaca buku dengan bantuan sinar lilin.
Manda duduk di bangku, di depan meja kecil. Dia melatakkan buku di atas meja. Tapi menyangganya.
Di sela membaca buku, Manda terkadang memperhatikan kukunya. Beberapa kali Manda melakukannya.
Tiba-tiba, muncul dua tangan dari bawah buku yang disangga Manda. Sedetik kemudian, ada suara. “Kuku kita sama ya”.
Manda langsung lari. Keluar menuju kamarnya sendiri. Manda tidak lagi berpikir untuk menutup, apalagi mengunci pintu kamar dia tinggalkan.
Kejadian horor ini diceritakan kepada Shifa setelah kembali ke kos. Manda mengajak Shifa untuk pindah.
Kejadian-kejadian horor yang mereka alami juga diceritakan kepada penghuni kamar lainnya. Ada 2 orang yang lebih lama tinggal di tempat kos ini.
Dari sini, Shifa dan Manda mengetahui rahasia di kamar ketiga yang mereka sewa. Dari penuturan 2 penghuni kos lain, Shifa dan Manda mengetahui jika kamar itu, dulunya pernah ditempati oleh seorang gadis muda. Masih kuliah.
Gadis ini sering berantem dengan pacarnya. Ketika berantem, suaranya keras. Sehingga, semua penghuni kamar lain mengetahuinya.