Disway Award

80 Tahun Indonesia Merdeka: Perang Anak Muda Tak Lagi Lawan Penjajah, Tapi Stres dan Ketidakpastian

80 Tahun Indonesia Merdeka: Perang Anak Muda Tak Lagi Lawan Penjajah, Tapi Stres dan Ketidakpastian

ILustrasi sandwich generation-Pinterest/taisi florencio-

INFORADAR.ID - Perang anak muda di Indonesia kini punya wajah baru. Delapan dekade setelah proklamasi, perjuangan generasi muda tidak lagi di medan perang dengan senjata, melainkan di ranah kehidupan sehari-hari.

Mereka menghadapi tekanan finansial, beban mental, hingga rasa tidak pasti tentang masa depan.

Walau bentuknya berbeda, api semangat yang menyala tetap sama, berjuang untuk diri sendiri sekaligus demi bangsa.

Perang anak muda 1945 maju dengan bambu runcing, sedangkan generasi sekarang lebih memilih keseimbangan hidup.

Survei Deloitte Global 2025 menunjukkan hanya 6% Gen Z yang bercita-cita menjadi eksekutif puncak.

Sebagian besar perang anak muda kini justru dalam mengutamakan work-life balance, pengalaman belajar, dan pekerjaan yang memberi arti.

BACA JUGA:UMK Banten 2025 Naik 6,5 Persen, Cilegon Jadi Daerah dengan Upah Tertinggi

BACA JUGA:Bapenda Banten Dorong Pemahaman Kegunaan Bayar Pajak dengan Opsen PKB dan BBNKB

 

Bukan Hanya Soal Uang

 

Lebih dari separuh Gen Z masih hidup dari gaji ke gaji, bahkan ada yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.

Banyak dari mereka menambah penghasilan lewat pekerjaan sampingan. Uang tetap penting, namun bagi generasi ini kebahagiaan tidak melulu ditentukan oleh besarnya penghasilan.

 

Melawan Tekanan Mental

 

Perang anak muda masa kini banyak berkaitan dengan kesehatan mental. Generasi Z lebih terbuka membicarakan stres, bahkan tak ragu mencari bantuan psikolog atau mencoba meditasi.

Tuntutan sosial dan derasnya arus digital membuat mereka semakin sadar pentingnya menjaga kewarasan.

 

Tantangan di Era Digital

 

Lebih dari separuh Gen Z sudah memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan.

Meski teknologi memberi kemudahan, ada tantangan lain, yaitu kecenderungan mencari hasil instan. Generasi ini dituntut belajar kembali tentang kesabaran dan konsistensi.

BACA JUGA:Royalti Musik Hotel: Polemik Tagihan karena TV di Kamar bisa Stell Musik

BACA JUGA:Dibalik Vonis Mati Kasus Mutilasi di Serang, Ini 5 Fakta yang Mengerikan

 

Kepedulian Sosial dan Lingkungan

 

Perang anak muda tak hanya soal diri sendiri, mereka juga peduli terhadap isu sosial dan lingkungan. Dua pertiga Gen Z mengaku memperhatikan masalah iklim, bahkan bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan.

Media sosial menjadi wadah untuk bersuara, mulai dari keadilan, kesetaraan, hingga masa depan bumi.

 

Perang anak muda memang sudah bergeser, dari melawan penjajah ke menghadapi stres dan ketidakpastian.

Namun, semangat berjuang tidak pernah padam. Dengan cara masing-masing, generasi muda terus berkontribusi demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: