5 Negara dengan Polusi Udara Terburuk di Dunia, Alhamdulillah Indonesia Tidak
Ilustrasi negara dengan polusi udara terburuk di dunia-resprouk-pixabay.com
INFORADAR.ID - Polusi udara adalah salah satu masalah lingkungan paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini. Mau tahu negara dengan Polusi udara terburuk di dunia?
Setiap tahun, jutaan ton polutan dilepaskan ke atmosfer, yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Hal itu menyebabkan beberapa negara memiliki tingkat polusi udara terburuk di dunia.
Menurut laporan tahunan World Health Organization (WHO), beberapa negara di dunia memiliki tingkat polusi udara yang sangat tinggi, dengan konsentrasi partikulat berbahaya jauh di atas standar yang ditetapkan.
Penyebab Polusi Udara
Polusi udara terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, dengan penyumbang terbesar berasal dari kendaraan berbahan bakar fosil seperti mobil, truk, pesawat, dan kapal, serta pembangkit listrik dan pabrik yang menggunakan batu bara atau minyak.
Selain itu, aktivitas rumah tangga yang melibatkan pembakaran kayu atau bahan bakar fosil juga menyumbang polusi udara, termasuk produk seperti tembakau, kompor, oven, lilin, dan perapian.
Sumber alami seperti gunung berapi dan kebakaran hutan juga turut berperan dalam pencemaran udara.
Polusi udara telah terbukti menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pernapasan, memperburuk kondisi asma, hingga cacat lahir.
BACA JUGA:Indonesia Kalah Ngebul oleh Negara Kecil dengan Jumlah Perokok Tertinggi di Dunia Ini
Dampak dari Polusi Udara yang Buruk
Menurut Pure Earth, polusi beracun adalah salah satu faktor risiko utama bagi penyakit tidak menular di seluruh dunia.
Penyakit tidak menular menyumbang 72% dari seluruh kematian global, dengan 16% di antaranya disebabkan oleh polusi beracun.
Polusi beracun juga berkontribusi terhadap 22% penyakit kardiovaskular, 25% kematian akibat stroke, 40% kematian karena kanker paru-paru, dan 53% kematian akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: who.int