Tau Gak Lur, Masyarakat Adat Banten Membawa Padi Sambil Bergoyang? Yuk Intip Uniknya Kesenian Rengkong

Tau Gak Lur, Masyarakat Adat Banten Membawa Padi Sambil Bergoyang? Yuk Intip Uniknya Kesenian Rengkong

Rengkong, Kesenian Masyarakat Adat Banten dalam Membawa Padi-@lianajib-Instagram

INFORADAR.ID – Di Banten, terdapat kesenian Rengkong yang merupakan sebuah kegiatan budaya di mana kelompok masyarakat adat Banten membawa hasil panen padi mereka sambil menari-nari dengan irama yang khas.

Kesenian Rengkong tidak hanya sekadar membawa padi, tetapi juga mengandung makna kesenian mendalam dalam kehidupan masyarakat adat Banten. 

Melalui gerakan tarian dan goyangan dalam kesenian Rengkong, tergambar kekayaan budaya dan kesenian masyarakat adat Banten yang melekat erat dengan kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA:Saman Aceh vs Saman Banten: Seni Tari Tradisional Bernafaskan Islam, Serupa Tapi Tak Sama

BACA JUGA:Apa Itu Mayam? Mahar Pernikahan yang Diberikan Rizki Natakusumah untuk Beby Tsabina

“Rengkong adalah sebuah alat yang biasanya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pertanian untuk memikul padi dari sawah ke leuit. Alat ini terbuat dari bambu jenis gombong dan untuk mengikat padinya menggunakan tali injuk,”dikutip dari Instagram @budayaainggeh.

Dilansir dari buku Studi Kebantenan yang ditulis oleh Iwan Ridwan, S.Pd.I., M.Pd.I, dkk., bunyi-bunyian yang dihasilkan dari gesekan antar-tali pikulan, dimanfaatkan sebagai irama pengiring, sehingga beban yang relatif berat tidak begitu dirasakan, karena diiringi oleh bunyi-bunyian yang khas.

Kini kesenian rengkong menjadi sebuah sajian yang fungsinya tidak jauh berbeda, yaitu sebagai hiburan masyarakat. 

BACA JUGA:Kotok Bongkok: Makanan Fermentasi Kluwek atau Picung Khas Lebak Banten, Sudah Coba Belum?

BACA JUGA:Selain Menjadi Penyedap Sayur Asem, Daun Melinjo Juga Miliki Banyak Manfaat untuk Kesehatan

Rengkong merupakan kesenian yang bersifat helaran atau pawai beriringan, dibutuhkan peralatan berupa pikulan, tambang ijuk, padi, dan minyak tanah.

Pikulan terbuat dari sebatang awi gombong (bambu gombong) yang tipis, dengan panjang 2 atau 2,5 meter, ujung yang satu dan lainnya terbuka (tidak tertutup oleh ruas bambu) yang biasa disebut rorogan. 

Sebilah bambu yang tingginya disesuaikan dengan orang yang akan membawa padi disebut ruruhan. Tambang ijuk yang panjangnya 2 meteran berfungsi sebagai pengikat padi yang beratnya 20 hingga 25 kilogram, digantungkan pada pikulan yang sudah tersedia. Kemudian, padi yang beratnya 20-15 kilogram sebagai beban pikulan.

BACA JUGA:Membanggakan, Film Dokumenter ‘Lima Pare’ Karya Sineas Banten Masuk Nominasi Festival Film di Rusia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: