3 Ulama Paku Bumi Banten, Penangkal Malapetaka Tanah Banten
3 Ulama Paku Bumi Banten, Penangkal Malapetaka Tanah Banten--Youtube/ Jejak Para Wali
Banyak murid Abuya Muhtadi yang telah melihat karomah Abuya secara langsung, salah satunya saat terjadi banjir besar di Serang.
Sebelum banjir, pada malam harinya, Abuya Muhtadi melakukan zikir panjang, dan ketika zikir selesai, Abuya Muhtadi keluar dan mengatakan sesuatu kepada orang-orang yang hadir di sana.
BACA JUGA:Sejarah dan Makna Ziarah Banten
"Banten geus teu katahan deui ku aing" yang artinya Banten sudah tidak dapat tertahan lagi oleh saya.
Keesokan harinya Banten berduka, terutama di daerah Suran dan sekitarnya.
Abuya Muhtadi Cidahu Banten diakui oleh masyarakat sebagai pelindung dan paku tanah Banten.
Abuya Munfasir Padarincang Banten
Ulama paku bumi terakhir di Banten adalah Abuya Munfasir, yang tinggal di Padarincang Serang Provinsi Banten dan memiliki sebuah pesantren tanpa nama di kaki Bukit Padarincang.
Abuya Munfasir, seorang guru IAIN di Cirebon, kemudian pindah ke Padarincang, beliau menjual semua asetnya, membeli sawah, membangun gubuk, dan menyumbangkan sisanya.
Abuya Munfashir hanya menerima 40 orang santri laki-laki.
Abuya mengajukan berbagai syarat untuk belajar di tempatnya. Salah satunya adalah mereka tidak boleh membawa apapun kecuali pakaian yang dikenakan di badan.
BACA JUGA:Wisata Religi, Inilah Deretan Tempat Ziarah Terkenal di Banten Berikut Sejarahnya
Abuya juga menetapkan bahwa mereka yang ingin menuntun ilmu harus berpuasa selama 40 hari dan sahur hanya dengan tiga teguk air.
Mereka juga diwajibkan untuk berpuasa dengan umbi-umbian yang tidak boleh dimasak dan membaca 10 juz Alquran sehari saat berpuasa.
Hal ini dimaksudkan agar para santri menjalankan tasawuf untuk memiliki hati yang murni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: