Hati-hati Gunakan Antibiotik, Kematian Akibat AMR Cukup Tinggi

Hati-hati Gunakan Antibiotik, Kematian Akibat AMR Cukup Tinggi

Wamenkes dr Dante Saksono Harbuwono saat menutup pertemuan Side Event AMR dalam rangkaian G20 di Bali, Rabu, 24 Agustus 2022 Foto: --- Laman Kemenkes RI -----

BALI, INFORADAR.ID --- Ini peringatan bagi yang sering menggunakan antibiotik. Dikatakan, resistensi antibiotik akibat mikroba atau antimicrobial resistance (AMR) disebut sebagai silent pandemic. Dan, parahnya kematian akibat AMR dinilai cukup tinggi. 

“1,2 juta kematian itu terjadi karena antibiotik yang tidak mempan lagi terhadap infeksi tertentu,” ujar Wamenkes dr Dante Saksono Harbuwono usai penutupan pertemuan Side Event AMR dalam rangkaian G20, pada Rabu, 24 Agustus 2022, di Bali.

Resistensi antibiotik akibat mikroba terjadi karena protokol pengobatan yang sembarangan. Akibatnya infeksi pada pasien bertambah parah dan ini yang menyebabkan angka kematian tinggi.

Dikutip dari laman Kemenkes yang beritanya dirilis Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik yang tayang, Rabu, 24 Agustus 2022, Indonesia menginisiasi pembahasan aturan penggunaan antibiotik dalam side event AMR karena Indonesia salah satu negara tropis yang angka infeksinya tinggi. Pembahasan ini diperlukan untuk mengatur penggunaan antibiotik yang lebih rasional, sehingga kematian akibat kesalahan penggunaan antibiotik menjadi berkurang.

Selain itu, resistensi antibiotik akibat mikroba bisa berasal dari hewan dan tumbuhan. Wamenkes menyoroti pendekatan one health dalam merespons masalah tersebut.

“Melalui pendekatan one health, di mana infeksi itu bisa berasal dari hewan, tumbuhan. Itu juga penting dilakukan karena ternyata banyak sekali penggunaan antibiotik pada hewan dan tumbuhan yang tidak rasional yang menyebabkan resistensi pada manusia,” ungkap Wamenkes Dante.

Dikatakan Wamenkes, pandemi COVID-19 mengajarkan kita bahwa kegagalan dalam kesiapsiagaan akan mengakibatkan kegagalan di berbagai bidang. Hal yang sama berlaku untuk resistensi antimikroba. Kita harus bersiap secara kolektif untuk mencegah bencana akibat AMR.

“Tidak ada satu industri pun yang dapat menghadapi ancaman ini sendirian. AMR membutuhkan banyak partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan,” ucap Wamenkes Dante.

Di tingkat nasional, Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk bekerja sama dengan kementerian teknis lainnya dan secara bersamaan melakukan transformasi sistem kesehatan.

“Di antara inisiatif yang dilakukan, kami menawarkan penyelesaian masalah AMR, yakni dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi,” ujar Wamenkes Dante.

Ke depan, tambah Wamenkes, pihaknya akan mempercepat upaya penanggulangan AMR terutama di Indonesia. Negara-negara G20 juga memiliki peran strategis untuk mendorong pencegahan dan pengendalian AMR yang berkelanjutan di tingkat nasional dan global.

 

Editor: M Widodo

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: