Disway Award

3 Tipe Orang yang Akan Mati di Era AI Menurut Raymond Chin

3 Tipe Orang yang Akan Mati di Era AI Menurut Raymond Chin

Ilustrasi AI-Pexels/Pavel Danilyuk -

Tipe kedua adalah orang-orang pasif yang menunggu semuanya menjadi “aman dan pasti” sebelum ikut berubah. Mereka sadar bahwa AI sedang mengubah industri, tapi tidak kunjung memulai. 

Mereka lebih memilih diam daripada mencoba dan gagal. Padahal, perubahan tidak menunggu kesiapan kita. “Takut sama AI wajar, tapi kalau takut tanpa gerak, itu satu langkah sebelum nyerah,” ujar Raymond. 

Sikap menunda dan hanya jadi penonton adalah jalan cepat menuju ketertinggalan.

3. Mereka yang Cuma Jago Satu Hal

Tipe ketiga adalah spesialis sempit. Mereka sangat jago di satu bidang, tapi tidak fleksibel. Di era AI, satu skill bisa digantikan satu fitur. 

BACA JUGA:Aksi Bagi-Bagi Rp 500 Juta Aisar Khaled di Cilegon Gagal, Robinsar Tegaskan Tak Ada Larangan

BACA JUGA:Ketika Bendera One Piece Berkibar: Ekspresi atau Pemberontakan?

Misalnya, desain grafis bisa dihasilkan AI dalam hitungan detik, copywriting bisa dibantu oleh chatbot, bahkan coding sederhana pun sudah bisa diotomatisasi. “Spesialis yang buta akan dikalahkan sama generalis yang pintar,” kata Raymond. 

Ia menyarankan agar setiap orang mulai melatih diri jadi semi-polymath, atau minimal punya skill kombinasi, seperti desainer yang bisa storytelling, atau programmer yang bisa public speaking.

Melihat realita itu, Raymond tak hanya mengkritik, tapi juga menawarkan jalan keluar. Kita bisa mulai dari hal sederhana: upgrade wawasan digital, ikut kursus AI dasar, dan gunakan AI untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. 

AI harus dilihat sebagai alat bantu, bukan pengganti. Ia juga menyarankan agar kita mulai mengembangkan keterampilan lintas bidang. Jangan cuma bisa satu hal. Di era sekarang, yang bertahan adalah orang yang adaptif dan mau belajar terus.

BACA JUGA:Salfok! Kue Ulang Tahun Syahrini Digantung Terbalik ala Chandelier di Pesta Mewah Ultah ke-45

BACA JUGA:Akibat Tambang Ilegal Warga Pulau Gebe Krisis Air Bersih

Raymond bahkan mencontohkan langsung dari tim produksinya sendiri. Dulu butuh waktu 3–5 hari untuk menyelesaikan satu video, kini berkat AI seperti Dreamina dan CapC, prosesnya bisa selesai hanya dalam 1–2 hari. 

Kecepatan, fleksibilitas, dan kolaborasi manusia dengan AI adalah kombinasi ideal untuk bertahan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: