Disway Award

Desa Adat Ciptagelar yang Menyimpan Pangan, Identitas, dan Masa Depan

Desa Adat Ciptagelar yang Menyimpan Pangan, Identitas, dan Masa Depan

Desa Adat Ciptagelar Banten--

Data lokal menunjukkan angka melek huruf di atas 90%, meskipun orientasi pendidikan tidak semata diarahkan pada mobilitas ekonomi, tetapi pada pembentukan karakter dan pemahaman adat.

Pendidikan adat yang mengajarkan etika, relasi manusia dengan alam, dan tanggung jawab sosial berjalan berdampingan dengan pendidikan formal.

Yang menarik, modernitas tidak sepenuhnya ditolak. Listrik, internet, dan media digital dimanfaatkan secara selektif.

Upacara adat disiarkan melalui media daring, dokumentasi budaya dilakukan secara digital, namun nilai utama kasepuhan tetap dijaga.

Ini menunjukkan bahwa pembangunan sosial di Ciptagelar bersifat selektif dan kontekstual, bukan menutup diri, tetapi juga tidak larut dalam arus modernisasi yang merusak struktur sosial.

Kedekatan budaya Ciptagelar dengan wilayah Banten terlihat jelas dalam struktur kepemimpinan adat, bahasa, ritual, serta jaringan sosial antar-kasepuhan di Banten Selatan.

Secara historis, Kasepuhan Banten Kidul telah eksis jauh sebelum pembentukan provinsi modern.

Karena itu, melihat Ciptagelar hanya sebagai “desa di Jawa Barat” adalah penyederhanaan yang berpotensi keliru dalam perumusan kebijakan pembangunan.

Sayangnya, pendekatan pembangunan pemerintah masih kerap bersifat administratif dan sektoral. Program pangan, pendidikan, dan pembangunan desa sering kali tidak sepenuhnya mempertimbangkan sistem sosial adat yang telah terbukti berkelanjutan.

Padahal, Ciptagelar bukan desa tertinggal, melainkan desa dengan model pembangunan alternative yang relevan bagi masa depan.

Ciptagelar mengajarkan bahwa pembangunan tidak selalu berarti mempercepat, memperbesar, atau memperbanyak.

Terkadang, pembangunan justru berarti menjaga. Menjaga pangan, menjaga identitas, dan menjaga keseimbangan hidup.

Di saat banyak wilayah kehilangan daya tahan sosialnya, Ciptagelar menunjukkan bahwa masa depan dapat disimpan rapi, setenang padi di dalam leuit.

 

Penulis: Neng Rati, Mahasiswa jurusan Administrasi Negara, Universitas Pamulang Kampus Serang.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: