Pakar UGM Ingatkan Bahaya Beras Oplosan, Kasus di Serang Banten Jadi Alarm Serius
Bahaya beras oplosan-Ilustrasi: @pixbyhelena-unsplash.com
INFORADAR.ID - Penggerebekan pabrik penggilingan di Desa Pasirlimus, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang Banten, yang kedapatan memproduksi beras oplosan di Serang, hal ini melanggar ketentuan keamanan dan mutu pangan.
Praktik pengoplosan yang dilakukan tersangka SU (46) selama lebih dari 10 tahun itu memang sebatas mencampur beras premium dengan beras sisa hajatan.
Namun, pakar pangan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengingatkan bahwa di berbagai kasus lain, beras oplosan kerap melibatkan bahan kimia berbahaya yang mengancam kesehatan masyarakat.
Mengutip dari ugm.ac yang diunggah pada 23 Juli 2025, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc, menegaskan bahwa meski istilah “beras oplosan” tidak dikenal dalam peraturan resmi, praktik ini tetap bisa dijerat hukum karena melanggar Undang-Undang Pangan.
“Meskipun istilah beras oplosan tidak digunakan secara resmi, praktik ini dapat ditindak dengan dasar hukum karena jelas merugikan konsumen,” ujarnya.
Sri Raharjo menjelaskan, di lapangan sering ditemukan beras yang dicampur dengan klorin (pemutih), pewangi sintetis, hingga parafin atau plastik.
Bahan-bahan ini digunakan untuk menyamarkan kualitas beras rendah agar terlihat putih, bersih, dan wangi. “Klorin misalnya, dipakai untuk menghilangkan warna kusam, tapi zat ini bersifat karsinogenik dan berbahaya bila dikonsumsi jangka panjang,” ungkapnya.
Dampaknya bukan main. Paparan rutin terhadap beras oplosan yang mengandung zat kimia dapat memicu kanker, merusak fungsi hati dan ginjal, serta menimbulkan peradangan kronis dalam tubuh.
Senyawa seperti hipoklorit bahkan bisa membentuk trihalometan yang dikategorikan karsinogen oleh IARC (International Agency for Research on Cancer). Sementara pewarna sintetis seperti Rhodamin B berisiko menyebabkan sirosis hati atau gagal ginjal.
Sri Raharjo menambahkan, mencuci atau memasak beras tidak sepenuhnya bisa menghilangkan residu kimia tersebut.
“Pencucian mungkin mengurangi pewarna, tapi residu plastik atau klorin tetap tertinggal dan tidak terurai saat dimasak,” jelas Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM itu.
Ciri-Ciri Beras Oplosan dan Risiko Kesehatan
Ia juga memberikan tips sederhana agar masyarakat tidak tertipu tampilan beras palsu.
Ciri beras oplosan yang patut dicurigai antara lain warna terlalu putih, aroma menyengat, atau perubahan warna air saat beras direndam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
