Dalam beberapa kondisi, misalnya ada tuntutan hukum, percakapan pengguna dengan ChatGPT bisa diminta secara legal.
Artinya, curhat ke ChatGPT tentang sesuatu yang sangat pribadi bisa saja menjadi bagian dari penyelidikan bila dibutuhkan oleh pihak berwenang.
4. ChatGPT Sering Disalahartikan Sebagai Pengganti Terapis
Banyak pengguna menjadikan curhat ke ChatGPT sebagai alternatif terapi. Tapi AI bukan manusia, ia tidak terikat aturan etika atau hukum dalam menjaga kerahasiaan pengguna.
Meskipun terasa nyaman, bukan berarti kamu sedang bicara dengan profesional yang memahami kompleksitas emosi manusia.
5. Fitur Riwayat Nonaktif Bukan Perlindungan Sempurna
Fitur "Chat History Off" memang bisa mencegah data digunakan untuk pelatihan AI. Namun, itu tidak berarti informasi benar-benar terhapus dari sistem.
Jadi meskipun kamu merasa aman curhat ke ChatGPT dengan fitur itu, tetap saja ada kemungkinan data tersimpan sementara.
BACA JUGA:Film Sore dan Fase Penyangkalan: Ketika Cinta Tak Mampu Menyelamatkan
BACA JUGA:BitChat: Aplikasi Pengganti WhatsApp yang Bisa Digunakan Tanpa Internet
6. Ahli Keamanan: AI Tidak Bisa Sepenuhnya Dipercaya Layaknya Manusia
Pakar dari ESET dan Stanford University menekankan bahwa curhat ke ChatGPT tidak setara dengan berbagi cerita pada seorang profesional.
AI tidak memiliki empati, pemahaman konteks emosional, atau kewajiban menjaga kerahasiaan seperti manusia pada umumnya.
7. Pengguna Tetap Bertanggung Jawab atas Privasi Mereka Sendiri
Altman menyebut bahwa pengguna harus sadar diri dan bijak dalam menggunakan AI.
Jika kamu ingin curhat ke ChatGPT, tentukan batasannya sejak awal. Jangan pernah menganggap sistem ini sebagai ruang aman untuk membagikan trauma atau rahasia terdalam.