INFORADAR.ID- Jika di Banten memiliki Desa Baduy yang menolak moderenisasi di tengah derasnya arus teknologi dan gaya hidup modern, di Bali ada satu tempat yang memilih untuk tetap berjalan sesuai irama masa lalu.
Desa Tenganan, alih-alih mengikuti perkembangan zaman, desa ini justru berdiri teguh menjaga adat dan tradisi leluhur.
Desa ini merupakan Bali Aga atau Bali Kuno yang sudah ada sebelum pengaruh Kerajaan Majapahit masuk kebali.
Berlokasi di Kabupaten Karangasem, Desa Tenganan. Dikenal sebagai salah satu desa tertua di Bali. Masyarakatnya hidup dalam sistem adat ketat dan punya aturan yang diwariskan secara turun-temurun, termasuk dalam hal berpakaian, berumah tangga, hingga bermasyarakat.
Yang menarik, meski berada di pulau yang identik dengan pariwisata dan modernitas, desa ini justru seolah menjadi warisan budaya Bali yang asli.
BACA JUGA:5 Kebiasaan Sepele yang Diam-Diam Bisa Merusak Masa Depanmu
BACA JUGA:Update! Kenaikan Harga Gabah Membuat Petani di Banten Merasa Terbantu
Penolakan terhadap modernisasi bukan karena anti kemajuan, tapi karena keinginan kuat untuk menjaga keseimbangan dan kearifan lokal.
Begitu masuk kawasan desa, suasananya terasa berbeda. Rumah-rumah dari batu dan tanah liat berdiri rapi, jalanan masih alami tanpa aspal, dan kehidupan warga berlangsung secara tradisional. Semua kegiatan dilakukan tanpa banyak campur tangan teknologi modern.
Ciri khas lain dari Desa Tenganan adalah kain tenun geringsing, yang dibuat dengan teknik double ikat.
Sebuah metode langka di dunia. Prosesnya bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan tetap dijalankan secara turun-temurun tanpa bantuan mesin modern.
Sistem Sosial Tradisional yang Masih Kokoh
Selain soal budaya, sistem sosial di Desa Tenganan juga cukup unik. Warga hanya boleh menikah sesama warga desa.
BACA JUGA:Polisi akan Periksa Pihak Sekolah Terkait Dugaan Pelecehan oleh Guru SMAN 4 Kota Serang
BACA JUGA:Puluhan Ribu Warga Pandeglang Tinggal di Rumah Tak Layak, Ini Penjelasan dan Solusinya