INFORADAR.ID - Sebanyak 16 relawan Komunitas Banten Take Action menjalankan misi kemanusiaan Sangiang Voyage 2.0 di Pulau Sangiang pada 27-29 Juni 2025. Mereka membantu warga yang kesulitan mengakses kesehatan dan pendidikan.
Fonder Banten Take Action Ismy wahyu Ismawaty mengatakan, para relawan memberikan layanan kesehatan dasar, seperti pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan tekanan darah.
"Akses kesehatan yang terbatas di pulau ini membuat layanan ini sangat penting," kata Ismi, 30 Juni 2025 .
Selain kesehatan, kata Ismi, relawan juga menyumbangkan buku untuk meningkatkan akses pendidikan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan akses informasi dan literasi menjadi tantangan besar bagi anak-anak di pulau tersebut.
BACA JUGA:Awas! Modus Penipuan Lewat QRIS Ini Bisa Membuat Saldo Kamu Raib Seketika
BACA JUGA:Akun Ini Ungkap 7 Pelangaran Serius di SMA Negeri 4 Kota Serang Dari Pelecehan Hingga Pungli
Ismi mengungkapkan, tujuan utama misi ini adalah memperjuangkan hak tanah adat masyarakat Pulau Sangiang. Konflik tanah ini telah mengurangi jumlah penduduk, yang awalnya berjumlah 100 lebih Kepala Keluarga (KK) kini tersisa hanya 18 kepala KK.
"Dalam hal ini pemerintah dinilai kurang memperhatikan permasalahan yang ada di Pulau Sangiang,” ungkapnya.
Dikatakan Ismi, para relawan Sangiang Voyage 2.0 menunjukkan dedikasi tinggi. Mereka rela berkorban waktu dan tenaga untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Selain bantuan fisik, relawan juga memberikan dukungan moral dan semangat. Mereka memotivasi anak-anak melalui kegiatan moodboard untuk mengejar mimpi mereka.
BACA JUGA:Mau Uang Bekerja Untuk Kita? Kenal 7 Strateginya, Finansial Makin Aman
BACA JUGA:Waspada! 10 Pekerjaan Terancam Hilang Akibat Otomatisasi Pasar Tenaga Kerja
Sangiang Voyage 2.0 menunjukkan kepedulian terhadap isu sosial dan lingkungan. Ismi berharap, program ini menginspirasi lebih banyak aksi kemanusiaan di Indonesia dan mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan pulau-pulau terpencil.
"Partisipasi relawan menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam mengatasi masalah di daerah terpencil. Keterbatasan akses kesehatan dan pendidikan di Pulau Sangiang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak," katanya.