Survei Deloitte 2025: 31% Gen Z Menolak Kuliah karena Biaya Tinggi

Rabu 21-05-2025,18:35 WIB
Reporter : Ihksannudin
Editor : Haidaroh

INFORADAR.ID- Baru-baru ini, lembaga survei global Deloitte mengungkapkan 31% Generasi Z (Gen Z) memilih enggan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Hal ini didasari oleh biaya yang tinggi serta tekanan finansial yang mereka hadapi.

Dengan adanya temuan ini, memberikan cerminan terkait kekhawatiran yang kian hari semakin meningkat di kalangan anak muda terhadap biaya kuliah dan pergejolakan ekonomi yang tidak pasti.

Menurut laporan Deloitte Global pada Gen Z 2025, lebih dari 23.000 partisipan responden dari 44 negara memberikan pandangan mereka tentang masa depan kerja dan pendidikan. Yang paling disorot dalam temuan ini adalah biaya pendidikan yang tinggi menjadi faktor utama penghalang para Gen Z untk mengejar gelar sarjana. 

Lebihan dari setengah Gen Z (56%) melaporkan mereka hidup dari gaji ke gaji, dengan gaji yang hampir sepertiga tersebut, pada saat ini mereka merasa tidak aman secara finansial.

BACA JUGA:553 CPNS 2024 Kota Serang Resmi Terima SK: Siap Mengemban Tugas dan Tanggung Jawab Baru

BACA JUGA:Harapan Baru bagi Honorer! Pandeglang Buka Peluang untuk Mengisi Formasi PPPK Paruh Waktu

Dengan hal ini, mereka memilih mempertimbangkan lagi untuk mengembangkan keterampilan mereka. Mereka mencari alternatif lain guna mengembangkan keterampilan dan karir tanpa harus menempuh pendidikan formal yang mahal.

Para Gen Z lebih memilih mencari pelatihan langsung di tempat kerja, program magang dan pembelajaran berbasis proyek. Mereka menilai pengalaman langsung di tempat praktik lebih relevan dan berharga dibandingkan harus menempuh pendidikan formal.

Pip Dexter, Chief People and Purpose Officer Deloitte Australia, menyatakan tekanan finansial dan waktu yang panjang dalam menempuh pendidikan formal membuat mereka memilih pengembangan karir di tempat lain. Yang mereka inginkan adalah, perusahaan mampu menyediakan pelatihan yang membuat mereka berpeluang untuk tumbuh sesuai kebutuhan merek.

Dengan adanya survei ini, bisa menjadikan cerminan bagi para institusi pendidikan dan perusahaan untuk bisa beradaptasi dengan kebutuhan generasi muda.

BACA JUGA:Anak Muda Indonesia Bersinar di Forbes 30 Under 30 Asia 2025

BACA JUGA:Luna Maya Jadi Nyai Misterius di Film Gundik: Cinta Terlarang dan Teror Mistis Kolonial

Pendidikan tinggi perlu adanya evaluasi kembali mengenai pembiayaan serta menawarkan program yang lebih fleksibel dan terjaukau.

Sementara itu, perusahaan bisa memainkan peran penting berupa penyediaan lahan pelatihan yang lebih luas lagi agar para generasi muda bisa tertampung dan merasa terwadahi minat karirnya.

Dengan meningkatnya biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi, generasi muda mencari cara yang lebih efisien dan praktis untuk mencapai tujuan karier mereka. Adaptasi dari semua pihak akan menjadi kunci dalam mendukung mereka menghadapi tantangan masa depan.

Kategori :