Risiko Dibalik Fenomena Konten Quotes di Media Sosial

Rabu 30-04-2025,21:39 WIB
Reporter : Stefhanie Ardianty
Editor : Haidaroh

Masalah lain yang muncul adalah ketergantungan terhadap validasi emosional instan. Alih-alih menyelesaikan masalah secara rasional, beberapa orang justru mencari kenyamanan dari kutipan yang seolah memahami perasaan mereka.

Hal ini menciptakan siklus yang tidak sehat, di mana seseorang terus-menerus mencari konten yang menyentuh emosi tanpa mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan masalah.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengarah pada glorifikasi kesedihan. Situasi di mana seseorang merasa nyaman berlama-lama dalam kesedihan karena terlalu sering merasa dipahami oleh konten-konten semacam ini.

4. Bahaya Lain, Kredibilitas Pembuat Konten

Salah satu bahaya besar dari konten-konten teks viral adalah minimnya transparansi soal siapa pembuatnya. Banyak dari kutipan-kutipan seputar mental health atau psikologi dibuat oleh orang yang bahkan tidak memiliki latar belakang akademik di bidang tersebut.

Karena tampilannya menarik dan bahasanya menyentuh, banyak orang langsung mempercayainya tanpa berpikir kritis.

Di era digital yang penuh informasi seperti saat ini, konten sederhana justru memiliki kekuatan besar untuk membentuk persepsi publik.

Sayangnya, tidak semua pesan yang tersebar memiliki landasan yang tepat atau disampaikan oleh orang yang kompeten.

BACA JUGA:Sosial Media Toxic, Alasan Banyak Kecanduan Sosial Media

5. Pentingnya Literasi Digital dan Kesadaran Diri

Konten quotes di media sosial memang bisa menjadi hiburan, sumber motivasi, bahkan pelampiasan emosi.

Namun, pengguna juga harus dibekali dengan literasi digital agar tidak menelan mentah-mentah pesan yang diterima.

Menikmati konten semacam ini sah-sah saja, asal tetap disikapi dengan kesadaran penuh dan tidak menjadi sumber kebenaran tunggal.

Terutama ketika menyangkut isu-isu sensitif seperti hubungan, kesehatan mental, atau nilai hidup.

Fenomena konten quotes memang menarik dan mudah viral karena menyentuh emosi banyak orang. Namun, di balik kesederhanaannya, konten ini punya potensi besar memengaruhi pola pikir dan persepsi publik.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap berpikir kritis, tidak mudah terbawa arus, dan menghindari ketergantungan terhadap validasi emosi instan yang sifatnya sementara.

Kategori :