INFORADAR.ID - Kasus penemuan ladang ganja di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) masih menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Sejumlah spekulasi mencuat, termasuk dugaan bahwa larangan menerbangkan drone di Bromo memiliki keterkaitan dengan keberadaan ladang ganja ini.
Namun, klarifikasi dari pihak berwenang menegaskan bahwa penemuan ladang ganja ini merupakan hasil investigasi tim gabungan, bukan akibat laporan wisatawan atau aturan larangan drone.
Di media sosial, berbagai teori konspirasi bermunculan, salah satunya dari pengguna di TikTok yang mengomentari isu ini dengan menuliskan berikut ini.
"Dilarang drone: takut ketahuan, Wajib pemandu: takut nyasar ke ladang, Tutup sementara: masa panen, Perbaikan: masa tanam, Orang hilang: salah jalan masuk ladang, Kebakaran hutan: buka lahan"
BACA JUGA:Buku Perangkap Pikiran Beni Kahar Diadaptasi ke Film Pendek
BACA JUGA:Nokia 6600 5G Ultra Menjadi Ponsel Flagship Terbaru: Kamera 200MP, Performa Gahar, dan Desain Elegan
Komentar ini mendapat banyak tanggapan dari warganet, dengan sebagian menanggapinya sebagai lelucon, sementara yang lain mengaitkannya dengan dugaan adanya praktik ilegal yang telah berlangsung lama di kawasan tersebut.
Penemuan Ladang Ganja: Investigasi Tim Gabungan, Bukan Laporan Wisatawan
Pada 18-21 September 2024, tim gabungan dari Balai Besar TNBTS, Polres Lumajang, TNI, serta perangkat Desa Argosari melakukan operasi penyisiran di hutan kawasan taman nasional.
Tim menggunakan drone untuk membantu pemetaan area sulit dan mengidentifikasi lokasi ladang ganja yang tersembunyi.
Setelah penyisiran lebih lanjut, ditemukan puluhan titik ladang ganja yang berada di area terpencil dengan medan yang sulit dijangkau. Ribuan batang tanaman ganja kemudian diamankan sebagai barang bukti.
Pada 18 Maret 2025, Kepala Balai Besar TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha, menegaskan bahwa lokasi ladang ganja ini tidak berada di jalur wisata Gunung Bromo maupun jalur pendakian Gunung Semeru, tetapi di Blok Pusung Duwur, wilayah yang cukup jauh dari area wisata utama.
Pada hari yang sama, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni juga menjelaskan bahwa operasi ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Kehutanan dan Kepolisian RI, yang menggunakan teknologi drone untuk pemetaan dan penyisiran wilayah.
Empat Tersangka Ditangkap