INFORADAR.ID - Aliansi Pers Mahasiswa Serang (APMS) mengadakan diskusi pemutaran film Cut to Cut yang mengangkat isu serikat pekerja, khususnya Solidaritas Pekerja CNN Indonesia (SPCI). Acara ini berlangsung di Caffe Kupie Lon, Kota Serang, pada Minggu, 23 Februari 2025, dan dihadiri oleh berbagai elemen Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) se-Kota Serang yang menaruh perhatian pada hak-hak pekerja di industri media.
SPCI terbentuk sebagai respons terhadap kebijakan pemotongan upah kerja secara sepihak oleh manajemen CNN Indonesia. Serikat ini bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak pekerja media yang menghadapi tekanan di tempat kerja. Namun, pihak manajemen CNN Indonesia disebut-sebut tidak mendukung keberadaan serikat pekerja, bahkan membatasi eksistensinya. Dalam diskusi tersebut, peserta menyoroti bagaimana media sering kali dianggap memiliki kekuatan untuk menyampaikan kebenaran, tetapi pada kenyataannya, pekerja media sendiri menghadapi ketidakadilan dalam sistem kerja mereka. Salah satu isu yang dibahas adalah bagaimana beberapa pekerja yang mengundurkan diri dari CNN Indonesia tidak mendapatkan pesangon yang seharusnya menjadi hak mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa kebebasan berserikat masih menjadi tantangan di industri media. Film Cut to Cut sendiri menekankan pentingnya solidaritas dalam industri media. Melalui film ini, para peserta diskusi diajak untuk memahami bahwa serikat pekerja memiliki peran krusial dalam memperjuangkan hak-hak pekerja, termasuk dalam hal kesejahteraan dan keadilan di tempat kerja. BACA JUGA:PWI Banten Apresiasi Kejuaraan Atletik Pelajar BACA JUGA:Tatapan Misterius Kucing: Apakah Mereka Memahami Kita atau Merencanakan Sesuatu? Rasyid, Ketua Umum LPM Lugas Universitas Primagraha yang juga merupakan Anggota APMS, dalam diskusi tersebut menegaskan bahwa serikat pekerja berkontribusi besar dalam menegakkan keadilan bagi para pekerja media. Ia juga menyoroti bagaimana SPCI memotivasi para jurnalis muda untuk lebih memahami tantangan yang mungkin mereka hadapi di dunia kerja. "Film ini membuka mata kita bahwa pekerja media juga memiliki hak yang harus diperjuangkan, dan serikat pekerja adalah wadah yang penting dalam perjuangan tersebut," ujarnya. Sementara itu, Hakim, Anggota LPM SiGMA UIN SMH Banten, menambahkan bahwa serikat pekerja sering kali muncul karena adanya ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja. "Serikat pekerja bukanlah kewajiban dalam sebuah perusahaan, tetapi ketika hak-hak pekerja tidak terpenuhi, maka serikat menjadi kebutuhan yang mendesak," kata Hakim. Dalam diskusi ini, disampaikan pula bahwa hak pekerja tidak akan diberikan secara cuma-cuma, melainkan harus diperjuangkan. Najib, Ketua Umum LPM SiGMA, menegaskan bahwa gerakan serikat pekerja lebih efektif karena dilakukan secara kolektif, dibandingkan dengan perjuangan individu. "Hak berserikat itu penting, dan gerakan ini lebih terorganisir dibandingkan dengan perjuangan individu. Kita bisa melihat contoh dari lembaga pers mahasiswa yang tidak diberikan anggaran, yang pada dasarnya juga merupakan bentuk perampasan hak," katanya. Najib juga menekankan bahwa hak tidak diberikan, melainkan harus diperjuangkan. Oleh karena itu, serikat pekerja harus didukung agar pekerja memiliki kekuatan dalam menuntut keadilan. "Di Indonesia, kebebasan berserikat dijamin oleh undang-undang, dan ini seharusnya menjadi alat perjuangan pekerja untuk memastikan hak-haknya tidak dirampas oleh perusahaan," ujarnya. BACA JUGA:Perkuat Wawasan Jurnalistik, MTs Negeri 3 Cilegon Kunjungi Radar Banten BACA JUGA:Sambut Ramadhan Lebih Bermakna, Keputrian LDK Ummul Fikroh Gelar Kajian KETUPAT Diskusi ini menjadi wadah refleksi bagi para peserta untuk memahami pentingnya peran serikat pekerja dalam memperjuangkan hak-hak pekerja media. Dengan adanya serikat pekerja, perusahaan diharapkan tidak lagi bertindak semena-mena terhadap karyawan dan lebih menghargai kesejahteraan mereka.Aliansi Pers Mahasiswa Serang Gelar Bedah Film Cut to Cut, Soroti Hak Pekerja
Minggu 23-02-2025,21:11 WIB
Editor : Haidaroh
Kategori :