INFORADAR.ID- Pada perdagangan pagi, nilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar AS, dibuka di level Rp16.198 per Dolar AS.
Ini menunjukkan penguatan sebesar 53 poin atau 0,33% dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di Rp16.251 per Dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa penguatan ini dipicu oleh penurunan indeks Dolar AS.
Penurunan ini terjadi seiring dengan adanya ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter.
BACA JUGA:Buka Kesempatan Baru! KUR BRI Lebak 2025 Hadir dengan Pinjaman Rp 100 Juta, Cek Cara Pengajuannya!
BACA JUGA:KUR Mandiri 2025: Pinjaman hingga Rp500 Juta, Bunga Lebih Rendah?
Yang lebih dovish dari Federal Reserve, yang berpotensi menahan laju kenaikan suku bunga.
Kebijakan kenaikan tarif impor yang kemungkinan ditunda oleh pemerintah AS juga memberikan ruang bagi pelaku pasar.
Untuk berinvestasi di aset berisiko, termasuk di pasar saham dan mata uang negara berkembang.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menunjukkan pergerakan yang dinamis dalam beberapa waktu terakhir.
BACA JUGA:Syarat dan Cara Pengajuan KUR BNI 2025: Limit Lebih Besar dan Bisa Diajukan Secara Online
BACA JUGA:BSI Kucurkan Rp17 Triliun untuk KUR Syariah Tahun 2025, Begini Syarat Pengajuannya
Pada pembukaan perdagangan, Rupiah dibuka menguat di level Rp16.187 per Dolar AS.
Mengalami peningkatan sebesar 69 poin atau 0,42% dibandingkan posisi sebelumnya.
Namun, menjelang siang, nilai tukar Rupiah melemah sedikit menjadi Rp16.228 per Dolar AS, turun 23 poin atau 0,14%.
Meskipun ada fluktuasi ini, sentimen positif dari pasar global memberikan harapan bahwa Rupiah dapat kembali menguat.
Para investor kini menantikan data ekspor yang akan dirilis untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang arah pergerakan nilai tukar ini.
Pelaku pasar merasa lega dengan keputusan tersebut, yang tercermin dari penguatan indeks saham Asia.
Indeks saham di kawasan Asia, termasuk Indonesia, menunjukkan tren positif, yang berkontribusi pada penguatan Rupiah.
Selain itu, data neraca perdagangan yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi Rupiah.
Neraca perdagangan yang surplus dapat meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat posisi Rupiah di pasar internasional.
Dalam konteks ini, penting bagi investor untuk memahami bahwa nilai tukar mata uang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik, tetapi juga oleh dinamika global.
Ketidakpastian ekonomi di negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan China, dapat berdampak langsung pada nilai tukar Rupiah.
Oleh karena itu, analisis yang mendalam dan pemantauan yang cermat terhadap berita ekonomi dan kebijakan moneter menjadi kunci bagi investor dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar.
Tjendra memperkirakan bahwa potensi penguatan Rupiah masih ada, dengan kisaran support di sekitar Rp16.190 dan resisten di kisaran Rp16.300.
Ia menambahkan bahwa faktor eksternal, seperti perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter negara-negara besar, akan terus mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah.
Oleh karena itu, para pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan mengikuti berita terbaru untuk mengambil keputusan yang tepat.
Dengan perkembangan ini, investor diharapkan tetap waspada dan mengikuti berita terbaru untuk mengambil keputusan yang tepat.
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dapat membantu dalam merencanakan strategi investasi.
Ini akan lebih baik dan meminimalkan risiko yang mungkin timbul akibat perubahan nilai tukar.