Pelaku UMKM diajarkan untuk menonjolkan keunikan produk mereka, seperti penggunaan bahan baku lokal atau proses pembuatan tradisional, sehingga produk memiliki nilai tambah di mata konsumen.
BACA JUGA:4 Makanan yang Sebaiknya Dihindari saat Menikmati Kopi, Salah Satunya Susu? Ini Penjelasannya
BACA JUGA:4 Dampak Negatif Bawa HP ke Kamar Mandi yang Berisiko bagi Kesehatan, Salah Satunya Penyakit Ini
Selain itu, mereka juga dilatih untuk menciptakan kemasan yang menarik dan informatif guna meningkatkan daya tarik visual produk.
Selain branding, pelatihan juga mencakup strategi pemasaran yang efektif. Dalam era digital saat ini, pemasaran melalui media sosial menjadi salah satu cara paling efisien untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Pelaku UMKM juga diajarkan cara membuat konten berkualitas, seperti foto produk yang menarik atau video promosi, serta memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan penjualan.
Strategi ini tidak hanya membantu memperkenalkan produk kepada konsumen baru, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Tahap selanjutnya dalam sosialisasi yang diadakan oleh kelompok 4 KKM Untirta ini adalah pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB).
NIB adalah dokumen penting yang memberikan legalitas kepada pelaku usaha untuk menjalankan bisnisnya secara resmi.
Dengan memiliki NIB, pelaku UMKM dapat mengakses berbagai program pemerintah, seperti bantuan permodalan atau pelatihan lanjutan.
Selain itu, sertifikasi halal juga menjadi prioritas dalam program ini.
Sertifikasi halal tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen Muslim tetapi juga membuka peluang ekspor ke pasar internasional yang mengutamakan produk bersertifikat halal.
Sosialisasi ini tidak hanya berhenti pada teori tetapi juga mencakup pendampingan langsung kepada pelaku UMKM.
Pendampingan ini meliputi pengembangan identitas merek, perancangan strategi pemasaran, hingga pendaftaran NIB dan pengurusan sertifikasi halal.
Dengan pendekatan ini, pelaku UMKM di Desa Sangiang diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapatkan secara praktis dalam bisnis mereka.
Namun, pemberdayaan UMKM tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan sumber daya manusia dan finansial untuk mengimplementasikan strategi branding dan pemasaran secara optimal.