Heboh! Awan Kinton Jatuh di Kalimantan, Padahal Ini yang Sebenarnya Terjadi

Rabu 20-11-2024,09:58 WIB
Reporter : Indra Sena
Editor : Haidaroh

Melansir berbagai sumber, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa secara ilmiah, awan tidak mungkin turun ke Bumi sebagai gumpalan padat.

"Partikel awan sangat kecil dan ringan, dengan kerapatan rendah, sehingga tetap tersuspensi di udara berkat dukungan arus udara dan gaya angkat atmosfer," jelasnya pada Sabtu, 16 November 2024.

Penjelasan serupa disampaikan oleh Ida, perwakilan BMKG lainnya, yang menyebut bahwa fenomena tersebut kemungkinan besar dipicu oleh kondensasi uap atau gas akibat aktivitas manusia di area tambang. 

Kondisi atmosfer tertentu, seperti kelembapan tinggi dan pendinginan, mendukung proses ini.

BACA JUGA:Viral Joget ‘Sadbor’ Raup Penghasilan Besar, Diduga Terlibat Promosi Judi Online

BMKG juga menegaskan bahwa meskipun terlihat seperti awan yang turun ke tanah, fenomena ini sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor tersebut meliputi perubahan atmosfer, seperti inversi suhu atau kelembapan tinggi, topografi wilayah yang membawa awan ke area rendah, hingga fenomena cuaca seperti tekanan udara rendah atau kabut.

Selain itu, efek visual juga sering kali membuat awan tampak lebih dekat dari yang sebenarnya.

BACA JUGA:Viral! Suami Selingkuh dengan Wanita Lain Saat Istri Umroh, Ungkap Bukti Chat dan CCTV

Fenomena ini bukanlah hal yang aneh, terutama di wilayah dengan aktivitas industri atau pertambangan yang aktif. 

BMKG menekankan bahwa fenomena semacam ini sering kali menjadi perhatian publik, terutama di era media sosial, yang mempercepat penyebaran informasi. 

Kejadian seperti ini menunjukkan bagaimana fenomena alam atau buatan dapat dengan mudah menarik perhatian masyarakat.

Jadi apakah Anda masih berkeinginan untuk menaiki awan kinton dan pergi mencari bola naga?

BACA JUGA:Trending YouTube, Inilah Pesan dalam Lagu Vidi - Senyumin Dulu Aja

Kategori :