INFORADAR.ID – Belakangan ini, tren "Marriage Is Scary" menjadi topik hangat di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z.
Tagar ini ramai diperbincangkan di media sosial, mengungkapkan perasaan ketakutan dan keraguan terhadap pernikahan.
Banyak alasan yang menarik di balik tren ini dan dikaitkan dengan kasus-kasus kekerasan rumah tangga (KDRT) yang ramai diekspos, sehingga mengubah persepsi masyarakat terhadap pernikahan.
Persepsi bahwa pernikahan adalah sesuatu yang menakutkan mulai bermunculan dari berbagai cerita di media sosial.
BACA JUGA: Hati-hati Kaum Rebahan! 5 Kebiasaan Ini Diam-diam Rusak Ginjalmu
BACA JUGA: Staf Khusus BPIP: Mari Keluar dari Mentalitas Manusia Terjajah
Terlebih lagi, Hawaariyyun, seorang kreator konten yang sering membahas isu-isu pernikahan dalam Kanal YouTube pribadi dengan nama yang sama mengungkapkan, bahwa banyak dari anak-anak muda yang beranggapan semakin seringnya kasus KDRT dipublikasikan, semakin kuat pula kekhawatiran mereka.
“Meskipun KDRT bukanlah fenomena baru, namun karena pelakunya adalah sosok yang dikenal publik, masyarakat merasa terpukul. Efeknya pun meluas, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di kancah internasional,” ungkap Hawaariyyun.
Dahulu, orang-orang ingin menikah muda karena tren nikah dianggap muda sebagai jalan yang indah dan benar, terutama dalam ajaran agama. Saat ini, yang disampaikan adalah sisi-sisi menyakitkan dari pernikahan, yang akhirnya memunculkan tren bahwa pernikahan itu menakutkan.
BACA JUGA: Kisah Nyata Viral Norma Risma Akan Segera Difilmkan, Dee Company Umumkan Pemerannya
BACA JUGA: 4 Zodiak dengan Tipe Kepribadian yang Terkesan Cuek Padahal Sebenarnya Baik Hati, Cek di Sini
Kekhawatiran Gen Z terhadap pernikahan juga dipengaruhi oleh perubahan dalam informasi yang mereka terima. Jika di era 2010-an tren menikah muda dan tagar menikah adalah ibadah yang banyak muncul di media, kini yang terlihat adalah konten tentang masalah-masalah dalam rumah tangga, yang menyebar melalui media sosial dan jadi konsumsi publik.
Tren ini menimbulkan dua sisi persepsi. Di satu sisi, ada orang-orang yang menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah ke jenjang pernikahan. Sementara di sisi lain, ada pula yang merasa bahwa tren ini bisa mengarahkan mereka menjadi terlalu takut sehingga tidak melihat sisi positif dari pernikahan itu sendiri.
Melansir dari kanal YouTube Hawaariyyun, Menurut Ustadz Felix Siauw, Islam mengajarkan untuk menyeimbangkan antara harapan dan ketakutan dalam segala hal, termasuk dalam pernikahan. Jika rasa takut terlalu besar, itu bisa membuat seseorang menutup harapannya terhadap hal-hal baik dalam pernikahan.
Kematian akan pernikahan yang dialami Gen Z dapat dipahami, terutama dengan semakin banyaknya kisah kekerasan di rumah tangga yang mereka saksikan. Namun penting untuk diingat bahwa pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang yang memerlukan persiapan, bukan hanya dari sisi emosional tetapi juga spiritual.