Tanggapan Gen Z tentang Sumpah Pemuda

Sabtu 02-11-2024,13:04 WIB
Reporter : Muhammad Umar Atala
Editor : Haidaroh

INFORADAR.ID-Pada 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia dari berbagai suku, agama, dan latar belakang berkumpul dan berikrar dalam Kongres Pemuda II, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ikrar ini menegaskan komitmen mereka untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Sumpah ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, menegaskan kesatuan dan persatuan bangsa.

Bagi generasi saat itu, Sumpah Pemuda bukan hanya sekadar ikrar, tetapi simbol perjuangan dan tekad untuk membangun bangsa yang bebas dari penjajahan. Semangat ini terus diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya, termasuk Gen Z yang saat ini hidup di era digital dan globalisasi. Namun, apakah semangat Sumpah Pemuda masih relevan di hati Gen Z yang hidup dalam zaman berbeda?

Berbicara dengan beberapa mahasiswa di Banten, inilah pandangan menarik tentang bagaimana Gen Z melihat Sumpah Pemuda. Mereka berbicara tentang makna persatuan di tengah keberagaman, tantangan nasionalisme di era digital, serta cara mengaktualisasikan nilai-nilai Sumpah Pemuda di dunia maya. Berikut tanggapan lengkap Gen Z dalam memaknai Sumpah Pemuda di era modern.

Salah satu mahasiswa dari Universitas Primagraha Serang Banten, Yuli Setiawati, menyatakan bahwa Sumpah Pemuda adalah fondasi penting bagi identitas nasional yang menyatukan berbagai suku, budaya, dan bahasa di Indonesia. 

BACA JUGA:5 Akibat Sering Menutup Laptop Tanpa Shutdown, Bisa Fatal Loh

BACA JUGA:Klarifikasi Kementerian Kesehatan Malaysia Terkait Lagu Rose BLACKPINK dan Bruno Mars, APT

"Meskipun zaman terus berkembang dan teknologi semakin maju, nilai-nilai Sumpah Pemuda tetap relevan, terutama dalam menghadapi tantangan perpecahan di media sosial. Mengingat kembali Sumpah Pemuda dapat menjadi pengingat bagi kita untuk terus menghargai dan menjaga persatuan di tengah berbagai perbedaan, membantu kita merawat rasa kebersamaan di era digital dan globalisasi." ujar Yuli

Mahasiswa UIN Banten, Sendi Setiawan, menyampaikan bahwa generasi sekarang memiliki peran untuk menjaga identitas Indonesia dalam arus globalisasi. 

“Kita sering sekali dibanjiri budaya luar yang kadang membuat kita lupa pada identitas sendiri. Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa, apapun latar belakang kita, kita tetap satu bangsa, satu bahasa, Indonesia,” ujar Sendi. 

Dengan keterbukaan informasi, banyak pemuda sekarang memiliki akses ke berbagai pengetahuan internasional. Namun, beberapa mahasiswa mengungkapkan bahwa hal ini justru menjadi tantangan. Seperti yang dikatakan oleh Sendi, “Banyak dari kita mungkin lebih mengenal budaya luar dibanding budaya sendiri. Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa mencintai bangsa sendiri juga penting.” ujarnya

Sendi melihat bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana memadukan kemajuan teknologi dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa.

BACA JUGA:10 Negara Terkaya di Dunia 2024 dan Nilai Fantastisnya dalam Rupiah

BACA JUGA:Cara Download Sertifikat Hasil Ujian SKD CPNS 2024, Ini Langkah-langkahnya

Globalisasi seringkali membuat generasi muda kehilangan sense of belonging terhadap budaya Indonesia. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian dari jurnal seperti Journal of Youth Studies, yang menunjukkan bahwa nasionalisme di kalangan generasi muda cenderung menurun karena pengaruh budaya asing yang kuat. Para mahasiswa di Banten ini juga mengaku sering merasa lebih dekat dengan budaya populer luar negeri daripada budaya lokal, meski mereka tetap bangga sebagai bagian dari Indonesia.

Mutamimah, mahasiswa UIN Banten lainnya, menyatakan bahwa Sumpah Pemuda harus dimaknai ulang sesuai konteks saat ini. 

Kategori :