INFORADAR.ID - Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, merupakan generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka dikenal sebagai generasi digital native yang tumbuh bersama perkembangan teknologi dan internet.
Namun, di balik kemahiran mereka dalam dunia digital, fenomena Dunning-Kruger Effect menjadi tantangan tersendiri bagi generasi ini dalam menilai kompetensi diri mereka sendiri.
Dunning-Kruger Effect, sebuah bias kognitif yang pertama kali diidentifikasi oleh psikolog David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999, menggambarkan bagaimana individu dengan kemampuan rendah pada suatu bidang cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka.
Sebaliknya, individu yang benar-benar kompeten justru cenderung meremehkan kemampuan mereka sendiri. Fenomena ini kini semakin relevan dalam konteks Gen Z yang hidup di era informasi yang berlimpah.
BACA JUGA:5 Kalimat Sederhana yang Bisa Bantu Mengurangi Stres dan Kecemasan dalam Hidup Kamu
BACA JUGA:Sering Mengalami Mata Lelah Setelah Beraktivitas? Jangan Khawatir, Begini Cara Mengatasinya
Mengapa fenomena ini menjadi perhatian khusus bagi Gen Z? Akses informasi yang mudah dan cepat melalui internet membuat Gen Z merasa memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai hal.
Namun, kemudahan akses ini juga dapat menciptakan ilusi pengetahuan, di mana mereka merasa tahu banyak hal tanpa memahami secara mendalam. Hal ini dapat menyebabkan overconfidence dalam menilai kemampuan diri sendiri.
Bagaimana Dunning-Kruger Effect mempengaruhi Gen Z dalam kehidupan sehari-hari? Dalam dunia pendidikan, misalnya, seorang mahasiswa Gen Z mungkin merasa sudah menguasai suatu mata kuliah hanya karena telah membaca beberapa artikel online, padahal pemahaman mendalam masih kurang.
Di dunia kerja, seorang fresh graduate mungkin terlalu percaya diri dengan kemampuannya dan mengabaikan pentingnya pengalaman praktis.
Kapan fenomena ini menjadi masalah serius? Ketika overconfidence ini menghambat proses pembelajaran dan pengembangan diri. Gen Z mungkin merasa tidak perlu belajar lebih lanjut karena menganggap diri sudah ahli, padahal sebenarnya masih banyak yang perlu dipelajari. Ini dapat menghambat pertumbuhan profesional dan personal mereka dalam jangka panjang.
Siapa yang bertanggung jawab dalam mengatasi tantangan ini? Tentu saja, ini adalah tanggung jawab bersama. Institusi pendidikan, orang tua, dan Gen Z sendiri perlu bekerja sama untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pembelajaran berkelanjutan dan evaluasi diri yang objektif.
BACA JUGA:Kuliner Banten: Sayur Besan Khas Tangerang yang Sekarang Sulit Ditemukan
BACA JUGA:4 Sikap Elegan saat Menghadapi Orang yang Membencimu Tanpa Alasan
Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi Dunning-Kruger Effect pada Gen Z? Salah satu cara adalah dengan mendorong praktik refleksi diri dan pemikiran kritis. Gen Z perlu diajak untuk tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga menganalisis dan mempertanyakan kebenaran informasi tersebut.