Lebih memilukan, 26% responden merasa tak dihargai di tempat kerja. Di dunia yang serba cepat ini, penghargaan kecil dari atasan atau rekan kerja tampaknya begitu sulit didapatkan, padahal apresiasi sederhana bisa menjadi bahan bakar yang mendorong produktivitas.
Beban kerja yang terlalu berat juga menjadi alasan 26% gen Z memilih untuk menyerah. Burnout akibat tekanan yang tiada henti membuat mereka merasa tidak punya pilihan selain keluar.
Selain itu, 25% dari mereka merasa tidak ada jenjang karier yang menjanjikan, membuat masa depan mereka terasa gelap dan tak tentu arah. Siapa yang ingin terus-menerus berada di posisi bawahan tanpa ada harapan untuk naik tangga?
Di balik semua alasan ini, kontrak yang berakhir, lingkungan kerja yang toksik, rasa bosan yang mendera, dan ketidakcocokan dengan atasan turut menjadi faktor yang mendorong generasi muda ini mundur dari arena yang mereka masuki dengan penuh harapan.
BACA JUGA:4 Cara Gen Z Tetap Bahagia Tanpa Harus Keluar dari Media Sosial