“Pa, benar-benar ya pa di sini tuh programnya kacau. Aku tanya temenku di UN* enggak 24 jam pa,” tambahnya.
Wanita ini kemudian merasa ragu apakah dia bisa menyelesaikan pendidikannya atau tidak.
Unggahan itu pun sontak dibanjiri komentar netizen.
"Sumpah pecah sedih seorang Bapak anaknya ngeluh gini, dan pasti ini ga yang pertama dia ngeluh. Puncaknya mereka pulang berdua menghadap penciptanya," komentar akun @muhammadfadililyas.drg.
"Mana Kemarin bbrp petinggi FK UNDIP yang malah mengelak kalau ini bukan kasus bullying? Memalukan. Walaupun almamater sendiri, mohon maaf saya sama sekali tidak bangga menjadi alumni kampus yang lebih memilih membersihkan namanya daripada berada di sisi para korban bullying yang terjadi di dalam kampusnya sendiri. USUT SAMPAI TUNTAS!, timpal akun @nungkyprmswr.
"Sebagai seorang alumni, malu sih kalau kampus malah Denial. Kawal terus kasusnya," komentar akun @rhprastyaningrum.
"Patah hati, kemaren baca tulisannya sekarang suaranya. Dunia kedokteran kehilangan salah satu calon spesialis dan karahnya hilang karena sistem yang kacau," tulis akun @anisyasmine.
"Nangis sesenggukan denger ini. Semoga tenang di sana, Kak," komentar akun @rezkiachyana.
Kejadian ini menjadi pengingat tentang pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung bagi semua tenaga medis, agar kasus serupa tidak terulang di masa depan.