INFORADAR.ID – Museum multatuli didedikasikan untuk mengenang dan menghormati Eduard Douwes Dekker, seorang penulis asal Belanda yang dikenal dengan nama pena Multatuli, maka dari itu nama tempat ini adalah Museum Multatuli.
Museum Multatuli berada di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak yang memiliki tujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai Sejarah kolonial di Indonesia dan warisan literatur yang ditinggalkan Multatuli.
Multatuli terkenal dengan karyanya yaitu ‘Max Havelaar’, novel yang mengkritik keras sistem kolonial Belanda di Indonesia. Dalam Novel ini diceritakan penyalahgunaan kekuasaan juga penindasan yang telah dialami oleh masyarakat pribumi dibawah pemerintahan kolonial.
Terdapat beberapa fakta menarik dari Museum Multatuli ini yang dapat membuat kamu semakin ingin berkunjung kesana, berikut ini fakta menarik Musium Multatuli.
1. Museum anti-kolonial pertama di Indonesia
Museum ini disiapkan sebagai museum Gerakan anti-kolonialisme meskipun memiliki nama museum multatuli. Multatuli menyaksikan adanya praktek pemerasan oleh bupati setempat kepada rakyat Lebak.
Pengalaman Multatuli tersebut dapat menerbitkan sebuah buku dengan judul ‘Max Havelaar’. Bukunya menginspirasi Gerakan melawan kolonialisme, lahirnya buku ini menghadirkan adanya politik etis oleh pemerintah Hindia Belanda.
2. Koleksi yang beragam
Terdapat banyak ragam koleksi yang terdapat di museum multatuli seperti buku-buku, foto, surat, dan artefak lainnya yang berkaitan dengan Sejarah kolonial Belanda, kehidupan Multatuli, dan dampak dari karya Multatuli.
Pemerintah kabupaten Lebak menjalin hubungan Kerjasama dengan Multatuli Genootschap (Perhimpunan Multatuli) di Belanda untuk duplikasi sejumlah dokumen terkait Eduard Douwes Dekker.
BACA JUGA:Tak Banyak yang Mengetahui, Inilah Museum Multatuli Rangkasbitung, Lebak Banten
3. Terdapat Teknologi Interaktif
Teknologi interaktif di Museum Multatuli dapat meliputi berbagai macam alat dan perangkat yang membantu pengunjung memahami konten pameran dengan lebih mendalam dan menarik.
Seperti pemandu audio yang menceritakan sejarahnya, video dalam layar monitor dan layar sentuh interaktif seperti buku Max Havelaar karya Multatuli.
4. Dapat ditempuh dengan kereta