Oleh karena itu, sebagian ilmuwan meragukan kebenaran Al-Qur’an yang mengisahkan tentang bral semut, mereka mengatakan bahwa pernyataan Al-Qur’an bertentangan dengan sains dan penemuan para ilmuan abad terkini.
Apakah cerita Al-Qur’an bertentangan dengan sains?
Robert Hickling, seorang ilmuwan terkenal dalam dunia komunikasi pernah melakukan riset dan penelitian tentang suara serangga mulai tahun 1994 sampai tahun 2000, ia mengembangkan ilmu suara serangga yang dinamakan ‘Insectacoustics’.
Dari hasil risetnya itu (yang paling terkenal berjudul : Analysis of acoustic communication by ants). Hickling menyimpulkan bahwa para semut memang memiliki Bahasa suara yang berbeda tergantung dari jenisnya.
BACA JUGA:Usai Video Security yang Memukul Anjing Viral, Robby Purba Minta Maaf di Unggahan Akun Instagramnya
BACA JUGA:Loker Terbaru Kadena Glamping Dive Resort Anyer, Posisi IT Officer
Pada akhirnya setelah melakukan riset puluhan tahun, perkumpulan para ilmuwan serangga (Res dan Esol) menetapkan secara ilmiah pada tahun 2006 bahwa semut bisa berbicara dan berkomunikasi antar mereka dengan Bahasa dan suara khas dalam dunia per-semutan.
Berikut Bahasa semut versi Mama Gufron:
“Bismillahirrahmanirrahim.. Askoli inna kali yama kali inna ka Ya Gufron, Artihi Inna ya inna kali ya fi Ma’allah,” ujarnya.
Translatenya kata beliau adalah: “Apakah saya didoa’akan gak Gufron?”, tambahnya.
Sedangkan Rasulullah pernah menyampaikan dalam hadits riwayat Tirmidzi bahwa para semut selalu mendoakan kebaikan untuk para guru sebagai penghormatan kepada mereka para pahlawan tanpa tanda jasa.
Hanya Mama Gufron yang tau arti sesungguhnya, kita gak perlu repot-repot untuk meminta bantuan untuk memecahkan kode halus dan misterius dibalik Bahasa-bahasanya. Wallahu a’lam. (*)