a. Obrolan Santai
Watiek ideo memulai pembahasan inti mengenai bagaimana melatih literasi anak pada pembaca dini dengan aktivitas sederhana, sesedehana obrolan santai.
“Kita bisa mulai dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik ke anak, misalnya lagi mainin apa adek? Mainan apa yang paling adek suka? Terus, kenapa kok suka? Kalau dibandingkan dengan mainan ini, kira-kira adek suka yang mana?”
Orangtua di rumah juga bisa memberi variasi obrolan santai bersama anak dengan mengaplikasikan kartu bergambar sebagai medium dalam melatih literasi anak pada jenjang pembaca dini. “…atau dengan media pembelajaran anak seperti kartu bergambar, anak diminta mengambil satu kartu kemudian menceritakannya, lalu bergantian.”
Melansir riset international Journal of Early Childhood yang terbit pada tahun 2020, menghasilkan kesimpulan bahwa storytelling yang dikemas dengan kegiatan bermain akan menjadi stimulus yang efektif untuk perkembangan literasi anak.
Mengobrol yang terdengar sederhana ternyata melatih banyak keahlian pada anak. Anak belajar mendengar, menyimak, memahami, mengolah, sampai akhirnya merespon informasi dari lawan bicaranya.
b. Bermain dan Bersosialisasi
Penulis lebih dari 370 buku anak tersebut melanjutkan cara melatih literasi anak pada jenjang pembaca dini dengan bermain dan bersosialisasi tanpa pandang usia. “Baik dengan yang sebaya, yang lebih tua, maupun yang lebih muda. Saat bermain dan bersosialisasi anak akan belajar mengenai batas-batas yang akan diterima atau ditolak oleh orang disekitarnya.”
Bagus Muljadi seorang diaspora yang saat ini meniti karir sebagai asisten profesor di University of Nottingham pada saat diundang mengisi segmen endgame dalam channel YouTube Gita Wirjawan juga memberi pendapatnya tentang pemahaman litrasi anak. “8 tahun disuruh baca buku mekanika fluida kan ga masuk, dia baca cerita, dia baca kisah, dia belajar etika dari situ, dia belajar tentang etos berfikir (scientific thinking) itu bukan dari buku pelajaran, tapi dari buku kisah-kisah”
c. Menyimak Lagu
Watiek meneruskan perihal cara melatih pemahaman konsep literasi agar dikemudian hari anak dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari ialah melalui kegiatan menyimak lagu, membaca buku, membaca cerita dengan suara nyaring, yang tentu secara keseluruhan dalam pendampingan orangtua.
Tokoh pemerhati pola asuh anak tersebut menilai 15 menit yang dilakukan rutin setiap hari adalah porsi waktu yang cukup bagi orangtua untuk menemani sang buah hati dalam mewujudkan pemahaman konsep literasi pada anak melalui tiga kegiatan tersebut.
“Cukup, karena dapat belajar kosakata baru diluar kegiatan sehari-hari mereka. Anak juga akan belajar intonasi dan jeda membaca serta karena buku anak-anak dilengkapi gambar, mereka akan dilatih pemahamannya terkait latar fisik dari cerita itu.”
“Kalau ceritanya mengisahkan petualangan di hutan, mereka akan mendapatkan visual bagaimana sih bentuk sebuah hutan itu, ada apa aja disana, dan seterusnya”