Premeditatio Malorum: Sebuah Jalan Menuju Kebahagiaan

Jumat 10-05-2024,17:47 WIB
Reporter : Haidaroh
Editor : Haidaroh

Perlu diketahui, kamu, aku dan begitu juga dengan yang lainnya seringkali merasa jengkel karena hal-hal yang tidak mengenakkan atau tidak kita inginkan terjadi secara tiba-tiba.

Nah, kamu sebagai praktisi premeditatio malorum yang dengan sengaja memikirkan siapa atau apa saja sesuatu yang akan merusak hari mu, sudah mengantisipasi hal tersebut bahkan sebelum semuanya terjadi

Kamu mengubah hal tidak mengenakkan tersebut dari yang sebelumnya tidak terduga (ketidakpastian) menjadi hal yang telah diantisipasi (kepastian). 

Manusia sangat takut akan yang namanya ketidakpastian, dengan premeditatio malorum tersebut, kamu sudah mencabut sebagian dari taring ketidakpastian dalam hidupmu, lhoo.

Menjadi praktisi premeditatio malorum, kamu sudah menyiapkan diri untuk menghadapi skenario terburuk sekalipun. Tapi ingat, premeditatio malorum ini mesti kamu barengi dengan nilai dikotomi kendali.

Dikotomi kendali menjadi pembeda dalam hal memikirkan yang buruk antara premeditatio malorum dengan negative thinking.

Fokus pertama terkait perbedaannya yaitu premeditatio malorum dengan berlandaskan dikotomi kendali adalah bahwa ia berada di bawah kendali diri kamu sendiri.

Kalo kata Duta Sheila On 7 ya kamu lah pemeran utamanya. Kamu yang mengambil keputusan untuk nelakukan simulasi berbagai hal negatif di waktu yang juga kamu tentukan sendiri.

Fokus kedua pembeda premeditatio malorum dengan negative thinking adalah premeditatio malorum dengan dikotomi kendali meyakini bahwa sesuatu yang berada di luar kendali diri kamu bersifat tidak berpengaruh sedikitpun terhadap dirimu.

Berbeda dengan negative thinking belaka yang memusatkan perhatian kamu pada sesuatu di luar kendali mu atau pada komponen eksternal.

Mari kita ambil contoh konkretnya, semisal kamu dalam perjalanan menuju kampus dengan menerapkan prinsip premeditatio malorum, kamu sudah berkomunikasi secara intrapersonal bahwa nanti akan ada aja macet atau kendala lainnya yang akan menghampiri mu.

Jika hal tersebut terjadi, kamu gak akan begitu terkejut dan kecewa atau bahkan marah dengan emosi yang meledak-ledak. Sebaliknya, kalau sugesti tersebut tidak terjadi maka kamu akan lebih bersyukur dan bahagia.

“Saya tidak bisa disakiti oleh itu (gangguan eksternal) semua, karena tidak ada yang bisa menjerumuskan saya ke dalam perbuatan buruk, dan saya mampu untuk tidak menjadi marah atau membenci sesama saya, karena sesungguhnya kita dilahirkan ke dunia ini untuk bekerja sama” 

-Marcus Aurelius.

Pada akhirnya hampir setiap kemungkinan atau skenario terburuk sekalipun yang kamu imajinasikan, sebenarnya tidak sebegitunya dan bukanlah akhir dari segalanya dalam hidup. (*)

 

Kategori :