INFORADAR.ID - Generasi Z yang sangat akrab dengan media sosial tak boleh menjadi korban media sosial. Utamanya dalam mengenali dan merespon hoax atau informasi palsu yang banyak beredar di media sosial. Agar tak menjadi korban atau pun ikut menjadi pelaku yang membuat atau ikut menyebarkan hoax, maka gen Z harus cerdas dan bijak dalam bermdia sosial.
Simpulan demikian disampaikan oleh Dr. Idi Dimyati, M.Ikom, narasumber dalam seminar Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kelompok 7 Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Untirta di SMAN 1 Bojonegara, Kabupaten Serang, pada Selasa (6/2/2024).
Menurut Khairun Nufail Ramadhan, Ketua Kelompok KKM 7 Untirta yang juga ketua panitia acara, Seminar yang diikuti oleh lebih dari 50 orang siswa SMAN 1 Bojonegara ini sengaja digelar untuk memberikan pengetahuan sekaligus kemampuan kepada para peserta yang nota bene generasi muda agar aktifitas mereka bermedia sosial aman dan lebih bermanfaat.
“Jangan sampai para remaja yang memang kehidupannya saat ini tak bisa lepas dari media sosial hari ini jutru lebih banyak mendatangkan dampak negatif. Sebab itu, kami memilih tema bagaimana kita bersikap cerdas dan bijak dalam bermedia sosial,” ungkap Nufail.
Dalam paparan materinya, Idi Dimyati mengungkapkan sebagai pengguna media sosial yang intens, anak muda harus hati-hati dan teliti sebelum posting maupun share informasi di platform media sosial. “Kita harus kenali dengan baik informasi yang beredar, jangan sampai kita terjebak dengan informasi palsu. Tanpa kecermatan, pengguna media sosial bisa menanggung resiko cukup berat karena bisa dijerat oleh pasal UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang ancaman hukuman maksimalnya bisa 6 tahun penjara atau denda senilai Rp 1 Miliar,” jelasnya.
Oleh sebab itu, menurut Idi yang juga menjadi Dosen Pembimbing Lapangan bagi Kelompok 7 mahasiswa KKM Untirta yang ditempatkan di Desa Margagiri, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang ini, para siswa SMAN 1 Bojonegara harus memiliki kemampuan mengidentifikasi dengan baik informasi yang potensial sebagai hoax di media sosial. Ada beberapa cara yang bisa diterpkan untuk mengidentifikasi ciri informasi yang cenderung hoax.
Pertama, judul yang dipakai biasanya provokatif, kedua alamat situs web atau sumber informasinya tidak jelas. Lalu, cek dengan baik fakta dan keaslian dari informasi dimunculkan, baik itu berupa teks, foto, maupun video. Jangan samapai foro dan video misalnya, justru hasil rekayasa atau olah digital. Tentu, agar lebih maksimal menyaring informasi, penguna sosial media juga harus proaktif melakukan checking dan verisifikasi informasi.
Intinya, kata Idi Dimyati, caring sebelum sharing. Hati hati. Jangan hanya mengejar kecepatan, tapi yang lebih penting adalah verfikasi soal akurasi informasi. Saat ini lanjut Idi, kita harus hati hati dengan jari kita, jangan buru-buru share sebelum clear.
Secara umum, acara seminar Literasi digital ini berjalan dengan sukses. Peserta sangat antusias dari awal hingga akhir. Bahkan, dalam sesi tanya jawab setelah paparan, peserta menyampaikan pertanyaan dengan tajam dan terbuka.
Kepala sekolah SMAN1 Bojonegara, Hj. Sri Mulyawati, M.Pd, dalam sambutannya saat pembukaan menyambut baik acara ini karena menilai materi yang dibahas sangat penting bagi generasi Z, khususnya di siswa SMAN 1 Bojonegara. Ia berharap, acara ini dapat ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan lainnya di waktu yang akan datang.
“Saya berterima kasih kepada panitia, utamanya para mahsiswa KKM Untirta yang mengadakan kegiatan ini. Kami berharap acara sejenis yang tujuannya memberikan pembekalan pengetahuan kepada anak muda dalam beragam tema berikutnya juga bisa diselenggarakan di SMAN1 Bojonegara,” ungkap Sri.