INFORADAR.ID - Sore hari saat baskara seperti ada di atas kepala, badan sedang letih-letihnya, jiwa yang tidak tahu memikirkan apa, saya pergi untuk nenangin diri ke Keraton Kaibon, salah satu tempat bersejarah di Banten.
Sebelum saya pergi, saya bersiap diri lalu menjemput teman saya untuk menemani perjalanan menuju tempat bersejarah itu. Selama perjalanan, kami menikmatinya walau baskara seperti ada di atas kepala. Rasa lelah terbayarkan dengan keindahan alam sepanjang perjalanan. Sambil bercerita ria di atas motor dengan hamparan sawah, suasana sore itu terasa begitu menyenangkan.
Dipenuhi canda tawa di atas motor, tak terasa kami sudah tiba di Istana Kesultanan Keraton Kaibon. Saat menginjakkan kaki, saya langsung terpana oleh tulisan sejarah tentang kesultanan. Banyak fakta baru yang didapatkan, seperti arti nama kaibon yang berasal dari ka-ibu-an. Nama tersebut diambil tak lain untuk tempat tinggal bagi ibunda sultan Syafiudin, kediaman Rattu Aisyah. Keraton Kaibon juga pernah menjadi tempat kediaman bagi Sultan Syafiudin yang memerintah di kesultanan Banten pada tahun 1809-1815.
Bangunan seluas 2 hektar, telah berdiri sejak 1815. Dulu, Keraton Kaibon merupakan Pusat pemerintahan ke-2 setelah Keraton Surosowan. Setelah wafatnya Sultan Syafiudin, digantikan oleh putranya berusia 5 bulan. Setelah itu, pemerintahan dipegang oleh Rattu Aisyah.
Sore hari menjadi waktu yang tepat untuk mengunjungi Keraton Kaibon. Saat memasuki Keraton Kaibon, beberapa bangunan mencolok membuat saya penasaran. Bangunan tersebut ternyata menjadi icon dari Keraton Kaibon.
Bangunan pertama yang saya datangi yaitu sebuah masjid yang pernah dipakai oleh Sultan Syaifudin dan keluarganya. Di dalamnya terdapat pawerten yaitu ruangan khusus perempuan.
Setelah puas menyusuri setiap sudut masjid peninggalan, kami menyambangi pintu gerbang pertama. Gerbang yang berbentuk gerbang bentar mengisyaratkan jika area dalam bersifat profan. Berjalan tak jauh dari gerbang pertama, gerbang paduraksa menjadi gerbang kedua yang memiliki sifat yang sakral.
Melihat lebih jelas bangunan Keraton Kaibon, saya takjub dengan arsitektur dengan gaya tradisional. Bangunan Keraton Kaibon yang megah dan memiliki banyak Sejarah, walaupun pernah dihancurkan oleh Belanda tetapi sisa-sisa reruntuhan menjadi tempat sejarah bagi warga Banten.
Kejadian tersebut terjadi setelah Belanda dikalahkan oleh Inggris dan merasa miskin saat itu. Setelah dihancurkan, Belanda mengambil sisa-sisa bangunan keraton kaibon.
Seluas mata memandang, kita akan diperlihatkan oleh banyaknya reruntuhan bangunan yang mengandung Sejarah. Tidak hanya itu, di dalam Keraton Kaibon juga terdapat taman yang bisa dinikmati untuk menenangkan diri atau sekedar ingin melihat-lihat sejarah keraton ini.
Dari keraton kaibon, saya belajar bahwa sebagai anak harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu kita yang sudah melahirkan kita. Keraton Kaibon merupakan salah satu bentuk kebaktian Sultan Syafiudin kepada sang ibunda.
Setelah melihat-lihat sambil belajar sejarah tentang Keraton Kaibon, nampak teman saya merasa lelah dan lapar,kami pun memutuskan untuk pulang. Saat perjalanan pulang kami yang sudah lapar lalu bersinggah ke tempat makan dan membungkusnya untuk dibawa pulang. (*) (Nasihah)