3. Ukraina
Dalam situasi saat ini di Ukraina, kesenjangan gender kemungkinan akan semakin melebar karena perang terus berlanjut dan korban terus bertambah.
Terlepas dari situasi sulit yang dihadapi Ukraina modern, kekurangan pria telah menjadi masalah bahkan sebelum perang dengan Rusia dimulai.
Banyak sejarawan setuju bahwa Perang Dunia Kedua sangat menghancurkan populasi pria Ukraina sehingga masih belum pulih seperti sebelum 1941.
Jika perang antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut, tren ini sepertinya tidak akan berbalik dalam waktu dekat.
4. Latvia
Latvia, sebuah negara kecil di Eropa yang terletak di pesisir Laut Baltik, memiliki rasio jenis kelamin tertinggi kedua di dunia. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak bahaya yang ditimbulkan oleh diri sendiri yang lebih sering terjadi di kalangan pria di wilayah ini.
Pesta minuman keras dan merokok adalah hal yang umum di kalangan pria Latvia. Perilaku ini bertanggung jawab atas berbagai komplikasi kesehatan, termasuk penyakit jantung dan berbagai jenis kanker.
Harapan hidup rata-rata pria Latvia adalah sekitar 68 tahun, sementara wanita hidup 10 tahun lebih lama, yaitu 78 tahun.
Tingkat bunuh diri juga lebih tinggi di kalangan pria. Ini adalah tren yang mengkhawatirkan yang ada di sebagian besar negara di seluruh dunia.
5. Rusia
Seperti negara tetangganya, Ukraina, Rusia dapat mengaitkan kesenjangan gender ini dengan dampak buruk Perang Dunia Kedua. Uni Soviet menderita lebih banyak korban jiwa selama perang daripada negara lain, dengan 27 juta korban.
Namun, sejarah Rusia yang tragis bukanlah satu-satunya alasan tingginya jumlah perempuan. Seperti halnya di Estonia dan Lituania, pria Rusia juga rentan terhadap kecanduan alkohol.
Situasi ini semakin memburuk setelah runtuhnya Uni Soviet pada awal 1990-an. Selama 30 tahun terakhir, populasi pria Rusia telah merasakan efek jangka panjang dari kebiasaan minum alkohol dan penggunaan tembakau setiap hari. (*)