“Apabila ada anggota PPM yang memiliki pengaruh di wilayah tertentu, dapat kolaborasi dengan perwakilan BKKBN disana untuk kerjasama dengan CSR dari swasta, untuk kemudian turun ke lapangan memberikan bantuan langsung kepada keluarga risiko stunting,” tambah Hasto.
Selanjutnya, dalam menentukan lokus yang diprioritaskan, Hasto memberikan tiga hal yang dapat menjadi pertimbangan yaitu resource PPM di lokasi tersebut cukup aktif, resource CSR yang besar, serta kondisi daerah yang angka stuntingnya tinggi.
“Kita dapat memulai dari langkah-langkah yang mudah, tapi berdampak besar, langkah kecil seperti ini, namun sangat membantu anak-anak stunting,”
Hasto berharap dengan adanya gotong royong dari berbagai pihak nantinya akan dapat mengcover seluruh anak stunting.
Hasto berharap anggota PPM juga mendukung program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang dimiliki oleh BKKBN. Anggota PPM di lapangan dapat membantu keluarga stunting dengan membagikan telur sebagai asupan gizi bagi anaknya.
“Sebetulnya kita punya paket hemat, apabila kita sudah mendorong balita minimal makan dua telur dalam sehari itu sudah sangat membantu. Saran saya programnya untuk enam bulan. Harapan saya tidak terlalu berat bagi perusahaan,” ujar Hasto.
Berto Izaak Doko sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Panca Marga (PPM) menyambut baik usulan program yang diungkapkan Kepala BKKBN.
"Program seperti itu cocok dan kita sambut baik, kalau kita sudah ada kerjasama dengan BKKBN kita bisa langsung turun di lapangan. Seperti kegiatan kami sebelumnya di Sumatera Barat dengan Bapak Gubernur, di sana ada makanan lokal dari kerbau dengan kandungan vitamin yang tinggi, ini bisa menjadi contoh nasional,” paparnya.