Mendengar hal tersebut Pangeran Sae Bagus Lana membagikan cara agar Pangeran Cunihin kehilangan kekuatannya.
"Sebaiknya Tuan Putri terima saja lamaran Pangeran Cunihin tapi berilah syarat agar Pangeran Cunihin melubangi sebuah batu keramat di pinggir pantai yang bisa dilewati oleh manusia. Berilah waktu selama tiga hari, lalu serahkan sisa kepada hamba," kata Pangeran Sae Bagus.
Setelah mengatur strategi bersama Ki Pande, Putri Arum segera ke istana dan menyampaikan syarat yang harus dipenuhi oleh Pangeran Cunihin.
Sementara itu Ki Pande menyiapkan sebuah gelang emas besar yang bisa dilewati oleh manusia.
Ki Pande yang menyiapkan gelang besar melihat dari jauh pekerjaan Pangeran Cunihin yang sedanf sibuk melubangi batu keramat.
"Hahaha hanya melubangi batu ini? Pekerjaan enteng, dan sekarang saatnya aku menikah dengan Putri Arum" ucap Pangeran Cunihin sambil tertawa.
Pangeran Cunihin segera kembali ke istana untuk menemui Putri Arum. Di saat yang bersaman Ki Pande sibuk memasang gelang emas besar pada lubang besar yang sudah dikerjakan Pangeran Cunihin.
Putri Arum segera melihat lubang raksasa bersama Pangeran Cunihin untuk membuktikaan kebenarannya.
"Pangeran Cunihin aku tidak melihat batu ini telah berlubang," kata Putri Arum.
"Apa! lubang sebesar ini kamu tidak melihatnya?" tanya Pangeran Cunihin dengan kesal.
"Jika batu ini sudah berlubang cobalah melewatinya, Jika kamu melewatinya maka batu ini memang berlubang" suruh Putri Arum.
Ketika beberapa langkah melewati batu berlubang itu, tiba-tiba saja Pangeran Cunihin berteriak kesakitan dan kepanasan.
Setelah itu Pangeran Cunihin berubah menjadi kakek-kakek yang lumpuh. Belum selesai terkejut dengan berubahan dirinya. Pangeran Sae Bagus Lana datang dan berubah menjadi wujud dirinya yang muda dan tampan.
Pangeran Sae Bagus Lana pun menceritkan kepada Putri Arum peristiwa yang menimpa dirinya akibat perbuatan Pangeran Cunihin termasuk penyamarannya sebagai Ki Pande.
Pangeran Sae Bagus Lana juga memberitahu Pangeran Cunihin bahwa guru merekalah yang memberikan petunjuk.
"Ampuni aku Bagus Lana, jangan bunuh aku," mohon Pangeran Cunihin sambil berlutut.