Mengelola Kearifan Lokal Menghindari Bencana: Belajar Dari Konstruksi Rumah Adat

Kamis 04-08-2022,06:11 WIB
Editor : M Widodo

INFORADAR.ID - Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, yang sering disebut sebagai kearifan lokal. Kearifan lokal dapat ditemui di berbagai pulau di Indonesia dan menunjukkan kekayaan bangsa Indonesia. Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yaitu Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia sehingga berdampak terhadap tingginya potensi bencana. 

Pergeseran lempeng akan mengakibatkan pergerakan tanah dan berakibat pada bencana gempa bumi. Berdasarkan data BMKG, sepanjang tahun 2019 terjadi 11.573 gempa bumi di Indonesia. Tingginya potensi bencana ini memaksa nenek moyang kita untuk belajar bagaimana cara menghadapi atau memitigasi bencana. 

Cara tersebut menjadi satu budaya yang terbalut dalam kearifan lokal bangsa Indonesia yang hingga saat ini masih dipelihara oleh masyarakat lokal di Indonesia.

Mitigasi bencana berbasis kearifan lokal di Indonesia bisa dilihat dari arsitektur Rumah Gadang di Sumatera Barat yang dibuat sedemikian rupa tanpa menggunakan paku untuk meminimalisir dampak gempa bumi. Suku Baduy juga mempertahankan kearifan lokalnya dalam menghadapi gempa bumi yaitu dengan membuat aturan adat atau pikukuh dan larangan dalam membangun rumah. Dalam hal ini, bahan bangunan yang digunakan adalah bahan-bahan yang lentur, seperti bambu, ijuk, dan kiray supaya rumah tidak mudah rusak. 

Rumah juga tidak boleh didirikan langsung menyentuh tanah. Hal ini dilakukan supaya rumah tidak mudah roboh sehingga lingkungan Suku Baduy jarang mengalami kerusakan. Dalam pembuatannya, rumah tidak boleh menggunakan paku dan hanya menggunakan sasak dan tali ijuk (Suparmini dkk, 2014). 

Dikutip infotadar.id dari laman website dispar.bantenorov.go.id, Rumah adat suku Baduy disebut Sulah Nyanda. Pembuatan rumah adat Sulah Nyanda dilakukan dengan cara gotong royong menggunakan bahan baku yang berasal dari alam. Bahan seperti kayu digunakan untuk membangun pondasi, sedangkan pada bagian dasar pondasi menggunakan batu kali atau umpak sebagai landasannya.

Hal yang unik dari pembangunan rumah ini adalah dibangun dengan mengikuti kontur tanah. Hal ini berkaitan dengan aturan adat yang mengharuskan setiap masyarakat yang ingin membangun rumah tidak merusak alam sekitar demi membangun suatu bangunan. Karenanya, tiang-tiang rumah adat Suku Baduy tidak memiliki ketinggian yang sama. Sedangkan anyaman bambu digunakan dalam pembuatan bilik dan lantai rumah. Untuk atap, rumah adat Suku baduy menggunakan ijuk yang terbuat dari daun kelapa yang telah dikeringkan.

Rumah adat Sulah Nyanda dibagi dalam 3 ruangan yaitu bagian sosoro (depan), tepas (tengah) dan ipah (belakang). Masing-masing ruangan berfungsi sesuai dengan rencana pembuatan.


Rumah adat Suku Baduy Foto: Tangkapan layar laman Dispar Prov Banten--

Nah, semua kearifan lokal tersebut untuk mitigasi bencana gempa tersebut merupakan khasanah bagi bangsa Indonesia yang harus dipertahankan. Kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci dalam menghadapi bencana dan kesiapsiagaan itu biasanya terbentuk dari perilaku yang telah dijaga secara turun temurun.

Perubahan iklim membawa dampak yang nyata dalam kehidupan masyarakat. Salah satu dampak akibat perubahan iklim tersebut adalah curah hujan yang tinggi dan tidak beraturan. Hal ini diperparah lagi dengan penebangan pohon yang dilakukan oleh manusia sehingga menyebabkan banjir bandang dan longsor. Salah satu desa yang masih mempertahankan kearifan lokal adalah Desa Kampung Naga di Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Kondisi topografi desa yang dikelilingi perbukitan membuat Masyarakat sadar akan ancaman bencana longsor dan banjir (Dewi dan Istiadi, 2015) yang bisa menimpa kapan saja.

Kearifan lokal sudah dipertahankan secara turun temurun dan perlu diikuti oleh desa-desa yang langsung berbatasan dengan hutan di Indonesia. Kearifan lokal dari daerah lainnya yang juga dapat dijadikan sumber pembelajaran khususnya dalam pengelolaan lingkungan. Kearifan lokal yang ada di Indonesia menjadi sebuah kekayaan yang harus di pertahankan di era modernisasi ini, karena perpaduan antara modernisasi dan kearifan lokal mungkin akan menjadi langkah efektif untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi di Indonesia. 

 

Editor: M Widodo

Sumber: pojokiklim.menlhk

Kategori :