Perjuangan Andi Selviana, Guru di Daerah Terpencil, Rela Naik Pohon Selama 4 Jam demi Ikut Webinar

Kamis 07-07-2022,05:14 WIB
Editor : M Widodo

INFORADAR.ID - Perjuangan Andi Selviana, menjadi guru di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3 T) sungguh berat. Tempatnya mengajar di SDN 18 Lubuk Kedang, Desa Nanga Kelapan, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, benar-benar terpencil dan tanpa jaringan internet. 

Itulah ketika masa pandemi covid-19, wanita kelahiran Lampung ini, bersama rekan-rekannya pengajar, kesulitan menerapkan pembelajaran dalam jaringan (daring) mengalami kesulitan. 

Suatu saat, ia harus mengikuti webinar melalui zoom meeting. Karena tak ada sinyal, ia terpaksa naik ke atas pohon yang tinggi. Webinar berlangsung sejak pukul 09.00 - 13.00. Yang berarti 4 jam. Selama 4 jam itulah dia harus nangkring di atas pohon. 

Ada sinyal? "Kadang-kadang putus. Sehingga harus browsing lagi. Dan itu makan waktu lama," kata jebolan Universitas Lampung tahun 2011 ini. 

Kendati tantangan mengajar di daerah terpencil, ia jalani dengan ikhlas dan senang. Ia mengaku sudah kerasan tinggal di lingkungan terpencil. "Warga masyarakat dapat menerima saya dengan baik," kata dia. 

* * * 

Dirangkum dari ditpsd.kemendikbud.go.id, Andi Selviana merupakan guru Program Garis Depan (PGD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sekolah tempatnya mengajar berada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Tidak ada jaringan telpon ataupun internet. Akses jalan pun tidak memadai. Kondisi tersebut membuatnya kesulitan ketika akan melakukan proses pembelajaran atau pelatihan dalam jaringan (daring) yang diselenggarakan pihak Kementerian Pendidikan.

PERJUANGAN ANDI DI PEDALAMAN KALIMANTAN BARAT 

“Anak-anak didik yang menjadi semangat dan motivasi saya. Karena walaupun mereka di pedalaman, semangat belajarnya tidak pernah padam. Dan mereka punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan,” ungkap Andi Selvina. 

Andi Selviana merupakan guru Program Garis Depan (PGD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sekolah tempatnya mengajar berada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Tidak ada jaringan telpon ataupun internet. Akses jalan pun tidak memadai. Kondisi tersebut membuatnya kesulitan ketika akan melakukan proses pembelajaran atau pelatihan dalam jaringan (daring) yang diselenggarakan pihak Kementerian Pendidikan.

Akan tetapi segala keterbatasan itu tidak membuatnya mengeluh apalagi putus asa. Jika ia butuh akses internet yang mumpuni untuk kegiatan daring, Andi bersama pengajar lainnya akan pergi ke kota kabupaten dengan menempuh perjalanan selama 12 jam. Namun karena keterbatasan waktu, tidak memungkinkan jika setiap ada kegiatan daring harus pergi ke kota, maka Andi dan teman pengajar lain rela mencari akses internet dengan berjalan jauh ke daerah yang dapat mengakses internet.

”Di tempat tugas saya sinyal memang susah. Tower mini ada di lingkungan pusat desa namun tower tersebut tidak mampu memberikan sinyal yang cukup, baik untuk kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) maupun kegiatan webinar. Dusun-dusun di sekitar desa tidak dapat mengakses sama sekali,” kata Andi Selviana.

Sebagai pegawai negeri, Andi tentu saja harus mengabdi. Segala keterbatasan yang ia hadapi tidak dijadikan penghalang untuk dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan pendidikan, termasuk menimba ilmu dan pengalaman melalui serangkaian kegiatan webinar. Salah satunya adalah mengikuti web seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Sintang, yang juga menampilkan pembicara dari Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud.


Andi Selviana--

Andi sampai harus naik ke atas pohon untuk mendapatkan sinyal supaya bisa mengikuti webinar melalui aplikasi Zoom, pertengahan September 2020. Webinar itu digelar sejak pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.00 WIB. Selama empat jam itu Andi nangkring di atas pohon dengan ponselnya. Meski sudah di atas pohon, sinyal tetap saja putus-putus. Andi harus beberapa kali keluar dari room meeting dan harus beberapa kali login kembali.

Kategori :