IFORADAR. ID- Selain pemandangan hutan mangrove, berbagai olahan dari limbah kayu atau kayu bekas palet menjadi tambahan daya tarik bagi Kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang Lestari.
Untuk diketahui, Kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang Lestari adalah area wisata mangrove yang terletak Kampung Patikang, Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Area wisata alam itu dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Putri Gundul.
Limbah berupa kayu bekas palet itu diolah menjadi kerajinan tangan seperti jam kayu, plakat kayu, dan lainnya.
Kemudian, untuk mempermudah dan membuat wisatawan merasa nyaman, kayu bekas palet itu juga diubah menjadi sebuah jalur pejalan kaki yang membentang di area hutan mangrove.
Deden Sudiana selaku Ketua Pokdarwis Putri Gundul menjelaskan, pasokan kayu bekas palet yang diolah itu berasal dari bantuan PT Chandra Asri.
"Kami sangat bersyukur mendapat dukungan dari Chandra Asri sejak 2020- 2021 lalu hingga saat ini. Kenapa karena sekarang masyarakat tidak lagi menggantungkan penghasilan dari hasil mencari ikan dilaut, tetapi juga dapat bersama-sama menjadi petani mangrove," kata Deden dalam keterangan tertulis, Kami 22 Juni 2022.
Menurutnya, selain bantuan limbah kayu, selama ini pabrik kimia asal Cilegon itu pun banyak memberikan bantuan dalam bentuk lain.
Bahkan menurutnya, dalam sembilan bulan dari budidaya pembibitan mangrove di kawasan Edu-Ekowisata ini, sebanyak 100 hingga 200 ribu bibit pohon bisa dipanen untuk dipasarkan dengan harga Rp5.000 perbuatannya.
Director of Legal, External Affairs and Circular Ecnomy Chandra Asri Edi Rivai menjelaskan, pemanfaatan limbah kayu sebagai bentuk dukungan perusahaan dalam mewujudkan Net Zero Emission di Indonesia dan komitmen terhadap Environmental Social Governance (ESG).
Program tanggung jawab perusahaan untuk sosial dan lingkungan ini merupakan usaha Perusahaan dalam merawat dan melestarikan bumi, sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) Ke-13 mengenai perubahan iklim.
"Pembangunan Kawasan Edu-ekowisata Mangrove Patikang ini juga diharapkan berkontribusi pula dalam upaya pelestarian daerah pesisir sekaligus mendorong perekonomian masyarakat sekitar," ujarnya.
Chandra Asri sangat serius untuk berkontribusi pada aspek sosial dan lingkungan dimana salah satunya melalui upaya pembangunan Kawasan Edu-Ekowisata.
Selain itu, kawasan yang mencakup area seluas 9.500 m2 ini dimaksudkan untuk memaksimalkan blue carbon sebagai bagian dari proses dekarbonisasi.
Dengan terbentuknya Kawasan Edu-Ekowisata Mangrove, Kampung Patikang diharapkan menjadi destinasi wisata baru yang dikelola oleh komunitas sekaligus memelihara kelestarian mangrove sebagai daya tarik utamanya serta meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah penyangga. *