Disway Award

Di Balik Sibuknya Anak Muda: Saat Hustle Culture Jadi Sumber Lelah Batin

Di Balik Sibuknya Anak Muda: Saat Hustle Culture Jadi Sumber Lelah Batin

Ilustrasi Hustle Culture-Pinterest/Intirvert-

Namun, banyak dari mereka enggan mengakuinya karena takut terlihat tidak produktif.

Hustle culture secara tidak langsung menanamkan perasaan bersalah pada mereka yang ingin istirahat, seolah jeda adalah bentuk kemunduran.

Anak Muda Mulai Berani Menolak

Kini, semakin banyak generasi muda terutama Gen Z yang berani mengatakan bahwa hidup bukan hanya soal kerja terus-menerus. 

Mereka memilih untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional, serta memberi ruang pada kesehatan mental. Gaya hidup perlahan bergeser: dari kejar tayang ke hidup lebih sadar dan terarah.

Pertanyaan seperti “Apa tujuan sebenarnya dari semua ini?” mulai muncul dan dijawab dengan cara yang lebih reflektif.

Mengubah Makna Sukses

Kini, sukses tak lagi diukur hanya dari jabatan, penghasilan, atau seberapa padat jadwal harian kita. Banyak yang mulai percaya bahwa merasa cukup, bahagia, dan tenang adalah bentuk keberhasilan yang lebih bermakna. 

Hidup bukan lomba cepat-cepat sampai tujuan, tapi bagaimana kita bisa menikmatinya dengan utuh.

Definisi ini memberi ruang bagi semua orang untuk menilai keberhasilan dari sisi yang lebih personal.

Waktu Istirahat Bukan Tanda Kegagalan

Meski hustle culture masih jadi arus besar, bukan berarti kita harus hanyut di dalamnya. Menjadi produktif memang penting, tapi tetap perlu batas. 

Memberi waktu untuk beristirahat, mengevaluasi, dan merawat diri adalah hal yang justru membuat kita lebih kuat dan tahan lama.

Jangan takut melambat. Kadang, justru di momen kita berhenti sejenak, kita bisa melihat arah hidup dengan lebih jernih.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: