Pesugihan Kandang Bubrah, Pesugihan Putih Berujung Tumbal

INFORADAR.ID- Kekayaan dan kesuksesan dapat dicapai dengan usaha, doa dan kerja keras. Namun ritual pesugihan marak dilakukan oleh orang-orang yang ingin kaya dengan cara instan.

Pesugihan adalah praktik sesat untuk memperakaya diri dengan cara instan. Di Indonesia ada banyak macam pesugihan. Salah satunya kandang bubrah.

Pesugihan kandang bubrah berasal dari Jawa yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Berasal dari dua kata bahasa Jawa, kandang yaitu rumah hewan dan bubrah berarti rusak.

Leluhur di masa lalu menciptakan pesugihan kandang bubrah apara pelaku ritual dapat melakukan dan merenovasi rumah mereka sehingga keinginan mereka untuk mendapatkan kekayaan dan kesuksesan dapat terpenuhi.

Renovasi rumah dapat sesederhana mengecat ulang dinding dengan warna yang berbeda secara berkala, atau merenovasi sebagian atau seluruh rumah.

BACA JUGA:Sejarah Tari Topeng Randegan Majalengka yang Kini Telah Punah

Selain renovasi rumah, ritual lain yang harus dilakukan adalah berjalan telanjang di sekitar rumah, menyembelih hewan ternak dan membagikannya kepada semua tetangga.

Ritual ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, sekitar tiga tahun atau lebih.

Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa selalu ada yang ditumbalkan dalam ritual pesugihan.

Salah satu contohnya adalah kisah sepasang suami istri, Nyono dan Wati (nama samaran). Wati menginginkan kehidupan yang lebih baik, meskipun usaha bakso Nyono sudah cukup sukses. Wati merasa tidak puas dan ingin lebih.

Suatu hari, Nyono mendengar tentang seorang dukun yang dapat memberikannya kekayaan, sehingga ia mencarinya di Jawa Tengah. 

Setelah bertemu dengan dukun tersebut, Nyono menjalani ritual selama tiga hari. 

Tak lama kemudian, bisnis Nyono berkembang dan ia mampu memenuhi keinginan istrinya.

Namun, setelah merenovasi rumah sesuai dengan perjanjian, ia mendapati bahwa salah satu anaknya telah meninggal dunia. Nyono kemudian bermimpi bahwa anaknya adalah tumbal.

Sumber: