Implikasi Salat, Tinjauan Sosial dan Kerohanian

Implikasi Salat, Tinjauan Sosial dan Kerohanian

Ilustrasi salat (pixabay)--

Oleh : Taufik Hidayatullah, warga Kabupaten Serang 

Panggilan jiwa bagi seluruh manusia menuju Rabbnya. Ya, itulah salat seakan menjadi ritual ibadah yang terlupakan. Namun panggilan itu serasa menyatu dalam jiwa. Suara sahutan adzan berkumandang masuk ke telinga hamba-hambanya yang tak luput dari dosa. Dosa yang dirasa tak akan bisa terlepas dari manusia. 

Manusia sebagai mahluk sosial tentu tak akan terlepas dari dosa. Baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Secara manusia sebagai  makhluk sosial tentu selamanya menjalin komunikasi dan hubungan dengan  manusia (hablum minannas).

Di sini penulis akan mengulas tiga makna daripada salat itu sendiri. Pertama, bermakna rahmat. Seperti halnya dalam kalimat, allahumma shalli ala Muhammad. Kedua, al-ibadah seperti halnya dalam al-Qur’an surah At-Taubah Ayat 35 sebagai berikut ‘’dan tidaklah shalat mereka ke baitullah’’. Kemudian makna yang ketiga yaitu bacaan sebagaimana dalam firman Allah SWT  surah al-Isra ayat 110. (Aziz, 2007, p. 398) 

Implikasi Salat Secara Sosial dan Kerohanian

Di dalam buku karya Jam’ah Amin Abdul Aziz yang diterjemahkan oleh Bahrudin dengan judul Wasiat Qur’ani Aktivis Harakah dituliskan bahwasanya seseorang yang melakukan shalat secara baik niscaya akan merasakan dampak yang amat luar biasa. Baik secara jasmani, perasaan serta akal. 

Yang mana, implikasi secara jasmani akan menjadi sehat, perasaan akan menjadi lebih peka serta menjadikan akal lebih tajam. Dalam buku tersebut juga disebutkan bahwasanya adakah kumunitas sosial yang sedemikian rupa menakjubkan seperti halnya shalat berjamaah setiap harinya  maupun salat Jumat yang dilaksanakan dalam sepekan sekali.

Menimbang akan hal tersebut berimbas setidaknya terhadap beberapa  aspek yang tersimpan dari shalat berjamaah itu sendiri. Di antaranya:  ketaatan, sistem kehidupan, cinta, persaudaraan, serta persamaan dihadapan sang maha pencipta dalam hal ini Allah SWT. (Aziz, 2007, p. 405) 

Nah, agar lebih menghadirkan kesempurnaan dalam ibadah salat setidaknya terdapat tiga hal yang mesti diperhatikan sebagaimana disebutkan dalam buku ‘’Wasiat Qur’ani Aktivis Harakah. 

Di antaranya: pertama, menjaga waktu-waktu dari salat itu sendiri. Kedua, memperbaiki lahiriahnya melalui perbaikan bacaan berikut gerakanya. Ketiga, memperindah aspek batiniah dengan menghadirkan qalbu (hati) serta kekhusyukan.

Kemudian dari sisi kerohanian sendiri berimplikasi terhadap keimanan yang benar kepada Allah SWT cukup memberikan warna tersendiri. Misalnya, menimbulkan beberapa hal, di antaranya: rasa rindu, semangat, rasa welas asih hingga mahabbah (cinta). Di samping itu, salat secara rohani akan berimplikasi terhadap diri pribadi orang tersebut. 

Di antara implikasi tersebut yaitu: pertama, merasakan kelezatan. Kedua rasa manisnya beribadah. Ketiga kilauan cahaya dalam hati. Keempat, qurrata ain (sejuk dipandang mata). 

Kaitanya dengan qurrata ain (sejuk dipandang mata) sendiri senada dengan sabda Nabi Muhammad SAW yaitu ‘’telah dijadikanya salat sebagai penyejuk pandanganku’’.

Tentu, kita sebagai seorang muslim juga pernah ataupun sering mendengar wejangan dari para ulama yang berasal dari sabda Baginda Nabi Muhammad SAW bahwasanya ‘’keadaan terdekat seorang hamba dengan tuhanya yaitu pada saat hambanya itu bersujud’’.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: