Dijahit oleh Ibu Fatmawati, Bendera Pusaka Terakhir Dikibarkan 17 Agustus 1968

Dijahit oleh Ibu Fatmawati, Bendera Pusaka Terakhir Dikibarkan 17 Agustus 1968

Bendera Pusaka-Tangkapan Layar Situs Resmi Kementerian Pendidikan-

JAKARTA, INFORADAR.ID - Bendera kebangsaan Indonesia menggunakan warna merah putih sebagai jati diri bangsa. Arti dari simbol bendera Indonesia berwarna merah berarti berani dan putih berarti suci. 

 

Bendera merah putih pertama kali dibuat oleh Ibu Fatmawati selaku istri Presiden Soekarno dengan cara dijahit. Adapun berdasarkan keterangan dari situs resmi Kementerian Pendidikan yang dikutif INFORADAR.ID, pembuatan bendera itu berawal dari Dai Nippon menyiarkan kabar pada tanggal 7 September 1944 bahwa Indonesia diperkenankan untuk merdeka kemudian hari. 

 

Maka dari itu, Chuuoo Sangi In (badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia) menyelenggarakan sidang tidak resmi pada tanggal 12 September 1944 dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dalam sidang itu, membahas terkait pengaturan pemakaian bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia.

 

Hasilnya melakukan pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Panitia bendera kebangsaan merah putih menggunakan warna merah dan warna putih sebagai simbol kalau merah berarti berani dan putih berarti suci. 

 

Kemudian untuk ukurannya ditetapkan sama dengan ukuran bendera Nippon yakni perbandingan antara panjang dan lebar tiga banding dua. Dengan unsur kepanitiaan diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dan anggotanya terdiri dari Puradireja, Dr. Poerbatjaraka, Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Mr. Moh. Yamin, dr. Radjiman Wedyodiningrat, Sanusi Pane, KH. Mas Mansyur, PA Soerjadiningrat, dan Prof. Dr. Soepomo.

 

Sedangkan unsur panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya berkewajiban mempersatukan kata-kata dan melodi lagu diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggotanya Ki Hajar Dewantara, Sanusi Pane, Mr. Moh. Yamin, Kusbini, Mr. Koesoemo Oetojo, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. Sastro Moeljono, Mr. Samsoedin, Ny. Bintang Soedibjo, Machijar, Darmawijaya, dan Cornel Simanjuntak.

 

Selanjutnya Soekarno memerintahkan kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang (Sendenbu), Chaerul Basri  mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan Nomor 56 Jakarta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: