Dilema Mahasiswa Semester Akhir: Antara Skripsi atau Healing?
Ilustrasi: Cara mengatasi kelelahan kesehatan mental mahasiswa-Pinterest/Sahrul ddv-
4. Ingin Healing, Tapi Dihantui Rasa Bersalah
Keinginan untuk healing sering kali bertabrakan dengan rasa bersalah. Saat kamu merasa perlu beristirahat dan mencari keseimbangan, suara dalam hati sering mengingatkan bahwa ada skripsi yang menanti untuk diselesaikan.
Rasanya seperti terjebak antara kebutuhan untuk merawat diri sendiri dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Sekarang ini, healing seolah menjadi sebuah kebutuhan, bukan sekadar gaya hidup. Hal ini terjadi karena kondisi dunia yang semakin rumit dan mudah memicu stres.
Namun, bagi mahasiswa semester akhir, proses penyembuhan ini seringkali menjadi dilema besar. Di satu sisi, kamu ingin sejenak melarikan diri dari tekanan, menikmati jalan-jalan, ngopi santai atau melakukan staycation untuk mengisi ulang energi.
Namun, di sisi lain muncul rasa bersalah ketika waktu yang seharusnya digunakan untuk mengerjakan skripsi malah dihabiskan untuk healing. Pikiran-pikiran dalam kepala pun seringkali mengganggu, seperti, "Wah, ini waktu yang sia-sia," atau "Teman-temanku sudah di bab 4, sementara aku masih healing. "
Padahal, healing yang tepat dapat membantumu kembali fokus dan mengerjakan skripsi dengan semangat baru dan kuncinya adalah, jangan berlebihan. Healing itu penting, namun kamu harus tetap bisa merasakan kapan saatnya kembali ke realita dan melanjutkan kewajibanmu.
Dengan memahami dilema-dilema ini, semoga kamu bisa lebih ringan menghadapi masa-masa akhir kuliahmu. Ingatlah, kamu tidak sendirian dalam perjalanan yang penuh liku ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
