PHK Akibat AI Kian Meluas, 41% Perusahaan Dunia Akan Pangkas Karyawan hingga 2030
Ilustrasi seseorang setelah di PHK --sumber & design freepik
Ia menilai, masuknya profesi seperti desainer grafis dan sekretaris hukum ke daftar pekerjaan yang paling cepat menurun menjadi bukti nyata meningkatnya kemampuan AI dalam menggantikan pekerjaan berbasis pengetahuan.
Pekerjaan Lama Hilang, Peluang Baru Bermunculan
Pekerjaan seperti petugas layanan pos, sekretaris eksekutif, dan petugas penggajian diperkirakan akan mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun ke depan.
Sebaliknya, permintaan terhadap talenta yang memiliki keterampilan di bidang teknologi dan AI terus meningkat.
Sekitar 70% perusahaan kini mencari pekerja yang mampu merancang dan mengembangkan sistem AI, sementara 62% lainnya berencana merekrut tenaga yang bisa bekerja berdampingan dengan AI.
Meski terkesan mengancam, WEF menilai kehadiran AI juga membawa potensi positif, terutama dalam meningkatkan kolaborasi antara manusia dan mesin yang dapat membuka lapangan kerja baru di sektor digital.
BACA JUGA:Ghana Pastikan Tiket ke Piala Dunia 2026, Total Sudah 21 Negara Lolos
BACA JUGA:Terowongan Bertingkat Kereta Bawah Tanah Rampung Dibangun, Sejarah Baru Transportasi Indonesia
Gelombang PHK Akibat AI Mulai Terjadi
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan besar sudah mulai melakukan PHK akibat AI.
Layanan penyimpanan cloud Dropbox dan platform pembelajaran bahasa Duolingo termasuk di antara perusahaan yang mengurangi karyawan dengan alasan efisiensi setelah menerapkan teknologi AI.
Fenomena ini menjadi sinyal penting bagi generasi muda, terutama Gen Z, untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan besar di dunia kerja.
Adaptasi terhadap teknologi, kemampuan analisis, dan kreativitas manusia menjadi modal utama untuk tetap bertahan di era otomatisasi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
