Pemberhentian Ahmad Sahroni sebagai Wakil Ketua Komisi Hukum DPR RI: Penyebab dan Dampaknya
Ahmad Sahroni Dicopot dari Jabatan Wakil Ketua Komisi III DPR RI-Instagram-@ahmadsahroni88
Hermawi menyatakan bahwa pemindahan Ahmad Sahroni merupakan salah satu langkah rotasi internal partai.
Ia menegaskan bahwa langkah terhadap Sahroni merupakan penyegaran dan bukan pemecatan jabatan.
Sebelum pemindahan jabatannya, Ahmad Sahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR, terlibat dalam kontroversi terkait pernyataannya menanggapi kritik masyarakat tentang pembubaran DPR.
Desakan tersebut muncul seiring dengan terungkapnya detail gaji dan penghasilan anggota DPR yang dianggap fantastis hingga Rp230 juta, tetapi dianggap tidak sebanding dengan kinerja mereka.
Kenaikan tunjangan untuk anggota DPR di tengah kondisi ekonomi sulit bagi masyarakat dianggap tidak pantas.
Dalam responsnya, Ahmad Sahroni menyatakan bahwa pandangan untuk membubarkan DPR adalah salah.
Ia bahkan menyebut pandangan tersebut sebagai mental orang tolol.
"Ketika ada manusia yang berpikir seperti ini, itu adalah mental orang yang paling bodoh di dunia. Ingat, orang yang mengatakan untuk membubarkan DPR adalah orang tolol. Kenapa? Apakah kita semua pintar? Tidak, semua kita juga tidak bodoh," ungkap Sahroni.
BACA JUGA:Cilegon Berantas Korupsi: Sekda Minta OPD Tingkatkan Pengawasan dan Pencegahan
BACA JUGA:Tuduhan Obsesi Gubernur Dedi Mulyadi Ada Nyi Roro Kidul di Upacara Kemerdekaan
Setelah pernyataannya menjadi viral di media sosial, Ahmad Sahroni sempat memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa pernyataannya tidak ditujukan untuk merendahkan masyarakat yang menginginkan pembubaran DPR RI.
Sahroni mengklarifikasi bahwa pernyataannya tidak untuk merendahkan publik, melainkan mengkritik cara berpikir yang keliru tentang pembubaran DPR.
Sahroni menegaskan bahwa dia tidak pernah mengatakan masyarakat yang mendesak pembubaran DPR sebagai orang tolol.
"Tetapi yang saya maksud dengan ungkapan tolol itu bukan kepada objek, seperti ‘yang mengatakan bubarkan DPR itu adalah orang tolol’. Itu bukan pandangan saya," tambahnya.
Politikus yang pernah mendapat sebutan "orang kaya gila Tanjung Priok" ini menganggap, pernyataannya ditafsirkan salah dan kemudian diperbesar oleh masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
