Disway Award

Fenomena Hujan di Bulan Agustus: BMKG Beberkan Pemicu di Tengah Musim Kemarau

Fenomena Hujan di Bulan Agustus: BMKG Beberkan Pemicu di Tengah Musim Kemarau

Ilustrasi hujan lebat-Pinterest/sevinj ad-

“Indeks Dipole Mode yang bernilai negatif saat ini menunjukkan adanya aliran massa udara dari Samudra Hindia menuju Indonesia. Kombinasi faktor dinamika atmosfer tersebut memicu pembentukan awan hujan dalam jumlah besar yang berpotensi menurunkan hujan lebat disertai kilat atau petir serta angin kencang,” jelasnya.

BMKG memperkirakan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan terjadi pada 11–13 Agustus di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. 

BACA JUGA:Biaya Produksi Merah Putih One for All: Anggaran Fantastis untuk Film Animasi Nasional

BACA JUGA:Gubernur Banten Apresiasi Serang Fair sebagai Penggerak Ekonomi UMKM di HUT ke-18 Kota Serang

Memasuki 14–16 Agustus, intensitas hujan diprediksi menurun, namun Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan tetap memiliki potensi hujan deras.

Selain itu, angin kencang diperkirakan berembus di wilayah Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan, yang dapat memicu gelombang laut tinggi di sekitarnya.

Fenomena hujan di tengah musim kemarau ini dikategorikan sebagai kemarau basah. Guswanto menegaskan bahwa situasi ini masih tergolong wajar. 

“Seperti yang disampaikan BMKG, kondisi ini akan berlanjut hingga musim hujan tiba,” ujarnya.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa pola cuaca tidak biasa ini sudah mulai terdeteksi sejak Mei 2025 dan diperkirakan berlangsung hingga Oktober. 

“Pelemahan Monsun Australia yang berkaitan dengan musim kemarau membuat suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat, sehingga ikut memicu terjadinya anomali curah hujan tersebut” terangnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: