Bendera One Piece Berkibar Jelang HUT RI, Ekspresi Kreatif atau Kritik Sosial?

Di tengah situasi politik dan ekonomi yang bikin frustrasi, simbol seperti bendera bajak laut justru jadi “media” untuk menyuarakan keresahan.

One Piece sendiri adalah serial Jepang yang punya jutaan penggemar di Indonesia. Luffy dan krunya digambarkan sebagai bajak laut “baik” yang melawan kekuasaan korup, menyuarakan keadilan, dan menjunjung tinggi pertemanan.

Buat sebagian anak muda, karakter-karakter ini terasa lebih relevan dibanding simbol negara yang dianggap terlalu sakral di tengah realita sosial yang tidak adil. Karena itu, mengibarkan bendera One Piece dianggap sebagai bentuk sindiran terhadap elite politik dan birokrasi yang “nggak merakyat”.

BACA JUGA:Setelah 6 Bulan Hiatus, One Piece Kembali Tayang dengan Episode Spektakuler di Arc Egghead

BACA JUGA:Tanggal dan Waktu Rilis One Piece Episode 1121

Fenomena ini jadi penanda makin kuatnya budaya pop sebagai alat ekspresi politik. Lewat media sosial, kritik terhadap kondisi negara kini nggak harus lewat demo atau tulisan panjang, cukup lewat simbol atau meme yang relatable.

Pakar komunikasi budaya melihat ini sebagai bentuk “perlawanan simbolik”. Bukan untuk menggantikan Merah Putih, tapi sebagai cara alternatif untuk menyuarakan pendapat yang selama ini mungkin sulit tersampaikan.

Meski menimbulkan kontroversi, tren ini seharusnya dilihat sebagai kesempatan berdialog, bukan sekadar dilarang atau dikritik keras. Pemerintah bisa memanfaatkan momen ini untuk lebih mendekatkan diri pada generasi muda.

BACA JUGA:Hoaks? Begini Klarifikasi BMKG Terkait Isu Fenomena Gerhana Matahari Total 2 Agustus 2025

BACA JUGA:Egy Maulana dan Adiba Khanza Umumkan Kehamilan Pertama Lewat Instagram

Daripada sekadar menyalahkan, lebih baik memahami makna di balik simbol. Bisa jadi, ini cermin keinginan generasi baru untuk melihat perubahan nyata dalam sistem dan kepemimpinan.

Menjelang HUT RI ke-80, fenomena bendera One Piece yang berkibar di banyak tempat jadi pengingat: semangat kemerdekaan bukan cuma soal upacara atau dekorasi, tapi tentang suara yang ingin didengar dan harapan yang ingin diwujudkan.

Sumber: