Papa Dalli dan Standar Ganda Netizen, Begini Tanggapan Mahasiswi Untirta

Selasa 23-07-2024,15:13 WIB
Reporter : Bayu Mentari
Editor : Haidaroh

INFORADAR.ID - Kematian Papa Dali memantik komentar netizen soal standar ganda yang berlaku pada fenomena kebut-kebutan di jalanan. Update dengan perkembangan informasi, Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) juga ikut memberi tanggapan menyangkut hal tersebut.

Pria dengan nama lengkap Yitta Dali Wassink atau akrab dengan sapaan Papa Dali, belum lama ini mengalami insiden kecelakaan tunggal di Jalan Sunset Road, Seminyak, Kuta, Bali yang sekaligus menjadi penyebab kematian dirinya pada Kamis, (18/7).

Kasi Humas Polresta Denpasar, Ajun Komisaris Polisi (AKP) I Ketut Sukadi menjelaskan bahwa insiden yang menimpa Dalli Wassink (Papa Dali) terjadi karena hilang kendali terhadap kendaraan yang ia tunggangi akibat berkendara dengan kecepatan tinggi. 

Banyak dari netizen yang bersimpati atas insiden kecelakaan yang menimpa sosok suami dari Aktris Tanah Air, Jennifer Coppen tersebut. Simpati dan dukungan bermunculan karena Papa Dali dikenal sebagai sosok ayah yang baik. 

Namun, tak sedikit juga dari netizen yang mengritisi perilaku kebut-kebutan di jalanan yang diduga digemari Papa DaLli yang sekaligus menjadi penyebab tewasnya pria kelahiran 2002 tersebut. 

Netizen geram karena mayoritas dari orang-orang yang bersimpati akan kematian Papa Dali seolah mengesampingkan fenomena kebut-kebutan yang terbukti meresahkan, selama ini. Standar ganda terhadap individu pelaku tindakan yang dinilai merugikan pun menjadi perhatian.

Mengenai hal tersebut, mahasiswi Agroteknologi Untirta, Alya memberi tanggapan. Ia menilai ayah dari Kamari Sky merupakan sosok ayah yg amat didambakan anak perempuan. Perihal standar ganda, Alya menyebutkan Dali Wassink lebih dulu dikenal sebagai sosok ayah yang baik. 

"Dalam kasus kematian Papa Dali mendapatkan respon yang positif mungkin karena Papa Dali emang udah dikenal orang yang baik, sopan, dan good father," kata Alya.

Berbeda dengan oknum pengendara yang gemar kebut-kebutan dengan beberapa atribut tertentu atau yang lebih dikenal dengan sebutan jamet, Alya menjelaskan selain tidak menaati peraturan, jamet juga minim pengetahuan dan pendidikan.

“Karena kalau jamet banyak yang ga taat peraturan dan keselamatan, anak-anak jamet juga rada kurang pengetahuan dan edukasi, jadi sikapnya kadang kurang sopan sama orang lain dan orang yang lebih tua,” jelas Alya. 

Berbeda dengan Alya, mahasiswi Ilmu Komunikasi Untirta, Dini Faidatun memberi komentar yang terkesan menyoroti penerapan standar ganda netizen terhadap perilaku kebut-kebutan Papa Dali. 

“Menurut aku, itu karena warganet hanya melihat hal-hal positif, tapi mengesampingkan hal-hal negatif yang dilakukan juga olehnya,” jelas Dini. 

Dini menilai, sebenarnya terdapat sisi positif pada pribadi jamet dan tidak secara gamblang terlihat karena jamet bukanlah sosok terkenal maupun Public Figure yang diketahui semua orang. 

Seolah sepakat dengan Dini, mahasiswi Ilmu Komunikasi Untirta lainnya, Jihan mengutarakan pendapatnya terkait standar ganda yang menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Menurutnya, framing dan branding positif lah yang menyebabkan standar ganda tersebut muncul ke permukaan.

“Karna jamet ga punya branding positif yang kuat di masyarakat dan lagi ini masalah framing. Papa Dali dilihat sebagai Public Figure yang baik dan amat family man hingga masyarakat ga terlalu mempermasalahkan (bagaimana beliau meninggal), sedangkan jamet nggak punya privilege tersebut,” (*)

Kategori :