INFORADAR.ID - Muzan Kibutsuji, penjahat utama dalam Demon Slayer, memiliki latar belakang yang kompleks sebagai iblis pertama yang diciptakan.
Muzan bukan hanya dalang di balik banyak plot yang dihadapi para pahlawan, tetapi juga menjadi asal mula hampir setiap iblis dalam cerita Demon Slayer karena kemampuannya untuk menciptakan mereka.
Namun, pertanyaan muncul pada penggemar Demon Slayer yang awam: siapa yang menciptakan Muzan?
Asal Muasal Muzan Menjadi Iblis Pertama dalam Demon Slayer
Meskipun cerita Demon Slayer berlatar awal abad ke-20, kilas balik mengungkapkan bahwa Muzan telah hidup sejak 1.000 tahun yang lalu.
Awalnya seorang manusia, Muzan mengalami transformasi menjadi iblis setelah mengonsumsi obat eksperimental yang terbuat dari Blue Spider Lily, tanaman langka yang berubah menjadi mitos hidup.
Meskipun obat itu tampaknya menyembuhkannya dari penyakitnya, itu juga membuatnya rentan terhadap sinar matahari dan menandai awal dari kehidupannya yang tak terbatas sebagai iblis.
BACA JUGA:Alur Cerita Trilogi Film Demon Slayer: Infinity Castle
BACA JUGA:Spoiler Trilogi Film Anime Demon Slayer Arc Infinity Castle
Sejak saat itu, Muzan menciptakan lebih banyak iblis dengan memberikan darahnya kepada manusia, berharap salah satunya akan menemukan cara untuk mengatasi kelemahannya terhadap sinar matahari.
Dia juga mencari Blue Spider Lily lagi dengan harapan mengembalikan kekuatannya untuk berada di bawah sinar matahari.
Motivasi dan latar belakang kompleks ini menjadikan Muzan sebuah karakter yang jauh lebih dari sekadar penjahat dingin dan kejam.
Di sisi lain, protagonis Tanjiro memiliki latar belakang yang kontras. Setelah kehilangan keluarganya oleh iblis dan menyaksikan saudara perempuannya Nezuko berubah menjadi iblis, Tanjiro berjuang untuk menjaga kemanusiaan dalam dirinya sambil menjadi pemburu iblis.
Dia memperlihatkan belas kasihan kepada yang lain meskipun penderitaannya yang mendalam.
Perbedaan pendekatan ini membuat Tanjiro menjadi pahlawan yang dihormati dalam cerita Demon Slayer, sementara Muzan tetap menjadi ancaman besar yang harus dihadapi. (*)