INFORADAR.ID - Apakah kamu pernah mendengar tentang Hanacaraka? Ternyata ini merujuk pada seni kreatif yang unik dari Masyarakat Baduy dalam menentukan hari pernikahan mereka.
Hanacaraka merupakan bentuk tulisan yang dibuat di atas bambu, yang digunakan sebagai alat perhitungan tradisional masyarakat Baduy untuk menentukan waktu yang tepat bagi pasangan yang akan menikah.
Dalam budaya Baduy, Hanacaraka bukan hanya sekadar simbolisasi estetika, tetapi juga merupakan warisan kearifan lokal yang turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Bambu, sebagai medium utama, menjadi alat praktis untuk menentukan tanggal pernikahan.
BACA JUGA:Lima Pare, Film Dokumenter Kisah Kehidupan Masyarakat Baduy yang Mendunia
BACA JUGA:Tips Parenting: Panduan Membesarkan Anak Perempuan Tanpa Keterlibatan Ayah
Dilansir dari Instagram @kebudayaanbanten.official, masyarakat Baduy menggunakan sastra untuk menentukan hari baik untuk melaksanakan pernikahan agar hajatan yang akan berlangsung berjalan dengan selamat dan lancer.
Sastra merupakan sebuah alat yang terbuat dari sebilah bambu. Pada bagian punggung sastra, yakni hinis ‘sembilu’ diberi garis-garis dengan goresan memanjang, terbagi atas 20 bagian dan setiap bagian itu memiliki garis dengan jumlah yang tidak sama, berkisar antara 1 sampai 9 buah garis.
Pembagian tersebut mengacu kepada aksara Cacarakan (Hanacaraka) yang digunakan dalam perhitungan berdasarkan urutan aksara tersebut, yaitu akasana /ha/ sampai /nga/.
BACA JUGA:Lebih dari Sekadar Pakaian: Memahami Filosofi Mendalam di Balik Baju Adat Suku Baduy
BACA JUGA:Ngemil Bukannya Kenyang Malah Makin Laper, Kok Bisa? Ketahui Penyebab dan Solusinya di Sini
Urutan pertama dimulai dari ujung pegangan sastra yang dinyatakan dengan garis-garis dan setiap ruang dibatasi oleh bulatan kecil.
Urutan aksara dan jumlah garis menunjukkan nilai dari aksara Cacarakan dimaksud. Misalnya:
Ha nilainya 4.
na = 3
ca = 3